Di sebuah desa kecil dekat laut, ada satu rumah yang hangatnya melebihi matahari sore.
Bukan karena bentuknya, tapi karena sosok di dalamnya: Bu Nia perempuan tua yang bukan ibu mereka, tapi jadi tempat paling aman untuk pulang.
Evan, Jayandra, Jaka, Sean, Nathan, Atlas, dan Naren tujuh anak dari latar berbeda, tapi disatukan oleh tawa, marah, dan cerita yang mereka bagi di halaman rumah itu.
Rumah yang mengajari mereka tentang arti sayang, arti luka, dan arti pulang.
Namun suatu hari, segalanya berubah.
Rumah itu... desa itu... tidak lagi sama.
Kini, ketujuh sahabat itu berdiri di antara puing-puing yang tak kasat mata bukan hanya bangunan, tapi juga kenangan dan jiwa yang perlahan menghilang.
Sebuah perjalanan dimulai tentang kehilangan yang tak ingin mereka akui, tentang kenangan yang terus menghantui, dan tentang seseorang yang tak pernah benar-benar pergi.
Apa yang sebenarnya hilang di hari itu?
Dan... apakah mereka bisa menemukannya kembali?
WARNING❗❗
Arrinda cuman ingetin cerita ini tidak akan cocok bagi kalian yang memiliki darah tinggi. Dari judul aku udah cantumin dan garis besarnya pasti kalian udah tau. Selera kalian mungkin tidak sama dengan Arrinda. Sekali lagi WARNING!!
⚫⚫⚫
Zaluna Karina.
Dia tidak menyangka akan ada masanya dia kehilangan segalanya hanya karena obsesi gila satu orang.
Zaluna kehilangan keluarganya, pun Zaluna juga harus kehilangan nyawanya secara tragis.
Kalik Gara Rasyaka.
Dia adalah sumber kehancuran keluarganya. Pria yang memiliki obsesi gila pada sang adik-Zara Karuna. Menyingkirkan siapapun yang mencoba menghalanginya untuk bersama dengan Zara.
Lalu, keajaiban itu datang.
Zaluna kembali ke masa sebelum kehancuran itu dimulai. Kali ini Zaluna akan melindungi keluarganya dari bocah sedeng seperi Gara.
⚫⚫⚫
"Jadi, Bu guru mau saya tidak melanjuti perjodohan itu?"
Zaluna mengangguk sebagai jawaban, netranya terus memindai wajah Gara yang sekarang ini tersenyum jenaka. "Ya, kalian masih bau kencur."
"Bisa, tapi ada syaratnya,"
Alis Zaluna bertaut, bingung sekaligus was-was karena bocah itu gilanya sudah melebihi kapasitas penghuni RSJ.
"Cium saya, kalo saya suka ciuman Ibu, maka saya akan pikir-pikir lagi."
"Bocah edan!"