Dari reruntuhan tragedi, mereka membangun peradaban baru.
Hanzo Adi Kusuma, seorang mahasiswa keturunan Jawa-Jepang yang cerdas dan penuh idealisme politik, datang ke Jepang untuk kuliah kedokteran. Bersama teman-teman barunya-Mia, pewaris rumah sakit ternama; Elina, gadis Jerman rasional yang tertarik pada teknologi; serta Ren, Kazuki, Akane, dan Hana-mereka terjebak dalam dunia asing setelah bus kampus mereka diserang makhluk misterius dan terperosok ke dimensi lain.
Dunia baru ini indah sekaligus mematikan: langit dengan dua bulan, pohon-pohon logam, dan istana kristal megah yang melayang di udara. Harapan untuk pulang sirna ketika ritual kepulangan gagal total, menewaskan sebagian besar rekan mereka. Kehilangan, dendam, dan trauma membentuk mereka menjadi lebih dari sekadar penyintas.
Ketika desa tempat mereka berlindung dihancurkan dan nyawa tak berdosa direnggut, sekelompok anak muda ini mengambil keputusan radikal-tidak akan kembali ke dunia asal. Dipimpin oleh Hanzo, mereka menggulingkan penguasa tirani, mendirikan negara baru, dan mulai menyusun dunia berdasarkan nilai-nilai kebebasan, teknologi, dan harapan.
Namun dunia ini tak sesederhana itu. Di antara intrik geopolitik, sihir kuno, dan tekanan sejarah berdarah, para arsitek muda ini harus belajar memimpin, bertarung, dan menciptakan peradaban dari awal.
Apakah cita-cita mereka mampu bertahan di tengah kekacauan dan ambisi dunia lain?
Lyra terbiasa hidup dengan dingin-bukan karena hatinya beku, tapi karena luka terlalu dalam untuk dibiarkan sembuh.
Di balik tumpukan buku kuliah dan aroma kopi kafe tempatnya bekerja, ia menyimpan rahasia yang bahkan sahabatnya, Tifah, tak pernah tahu.
Hingga Revie datang.
Lelaki yang terlalu ramah untuk hidup di dunia sekeras ini. Lelaki yang matanya seakan bisa membaca retakan di hati Lyra.
Tapi dunia tak pernah memberi kebahagiaan tanpa harga.
Saat masa lalu kembali menghantui, keduanya harus memilih: saling bertahan... atau saling melepaskan di bawah langit senja terakhir.