Jakarta, 2004. Sebuah malam yang lembap di perkampungan kumuh menjadi saksi bisu awal tragedi. Dari meja judi remi yang penuh intrik hingga lorong kosan yang pengap, "The Art of Murder" mengajakmu menyelami sisi gelap kota yang tak pernah tidur.
Ketika jasad Bayu, seorang pemuda kantoran, ditemukan tak bernyawa di kamarnya yang terkunci rapat, semua bukti mengarah pada satu nama: Rendi. Ponsel korban, surat kendaraan, botol sianida, bahkan kunci kamar Bayu-semuanya ditemukan di tangan Rendi. Bagi polisi dan publik, kasus ini tuntas.
Namun, Inspektur Kasminto-seorang penyidik idealis yang terbiasa berurusan dengan bayang-bayang kebenaran yang samar-melihat ada yang janggal. Terlalu rapi. Terlalu mudah. Dengan bantuan rekannya, Dimas. Mereka mulai menyingkap tabir di balik kematian yang seolah sempurna ini. Jejak puntung rokok di kamar korban yang tak merokok , memar aneh di tubuhnya, dan kesaksian yang terlalu lancar menguak pertanyaan demi pertanyaan: