Hanya Semanggi Berdaun Tiga

Ini memang hanya semanggi berdaun tiga. Bukan, bukan semanggi berdaun empat yang tersohor itu. Bukan yang selama ini dicari oleh Radischa Aila, seorang gadis biasa yang gugup menghadapi masa pendewasaanya. Tetapi, siapa yang bisa menjamin bahwa semanggi berdaun tiga itu tak berarti apa-apa? Bahwa daun berbentuk hatinya yang hanya tiga helai tak mampu mendatangkan keajaiban? Bahwa keajaiban itu hanya tercipta jika kita menemukan semanggi berdaun empat di tengah gerimis bulan Juni?

Ini kisah tentang pencarian jati diri seorang remaja, tentang manisnya cinta pertama, tentang sakitnya patah hati karena terjebak dalam zona pertemanan, tentang harapan yang disemai bertahun-tahun lalu kemudian pupus tak berbekas, tentang penantian dan kesabaran untuk bertahan bersama, dan akhirnya tentang proses pendewasaan itu sendiri yang diwarnai dengan ribuan liter air mata yang tumpah di setiap malam-malam dingin, jeritan delapan oktaf yang memecah keheningan malam, juga kebisuan kelu yang terselip di antara isakan tertahan.