14 parts Ongoing Anxin (19 tahun) meletakkan naskah novel Elissa (14 tahun) dengan dramatis di meja. Ia menggelengkan kepala, memasang ekspresi jijik yang dibuat-buat, sambil menahan tawa.
"Elissa, please," katanya. "Cerita delapan dewa yang nangis-nangis menyesal, lalu bereinkarnasi jadi anak Ceo? dunia Zombie? dan berbagai macam kerajaan? Seriously? Itu terlalu drama dan klise. Mana ada Dewa Kegelapan berakhir jadi... penjual cimol di pinggir jalan?"
Tapi dewa kegelapannya anggota Intel!! Anxin menyeringai lebar, menyandarkan tubuhnya ke kursi. "Kalau ini diterbitkan, kau akan dikatakan seperti, 'Obat apakah yang dikonsumsi Author?' oleh para pembaca. Itu pertanyaan pertama mereka, bukan tentang plot twist-mu."
Elissa mengetuk pintu kakaknya itu tapi tak dibalasdi dorong oleh firasat buruk, Elissa mendobrak pintu dengan bahunya yang kecil. Di tengah ruangan, tubuh Anxin tergantung. Dingin.
Elissa berhenti, seluruh inderanya lumpuh.
Di meja belajar, ada secarik kertas. Elissa berlutut, tangannya gemetar saat meraihnya.
Mata Elissa mengucap kata berulang kali: Bosan.
Penyesalan menusuk Elissa seperti belati tumpul. Ia ingat ejekan yang ia terima. Ia seharusnya melihat lebih dalam dari candaan itu.
Air mata masih tak mau keluar, tapi rasa sakit itu telah merobek jiwanya.
"Bosan?" bisik Elissa, suaranya parau dan tajam. "Kau bilang bosan, padahal aku masih di sini?"
Ia memeluk kertas itu erat-erat. Tidak ada teriakan atau ratapan histeris, hanya keheningan sedih yang mematikan.
Elissa berdiri tegak, memandangi ruangan itu. Ia harus tegar. Ia harus kuat. Ia harus berjanji: ia akan hidup sedemikian rupa, bahkan mengorbankan nyawaku sendiri dan kebahagiaanku, agar Anxin, di mana pun ia berada sekarang, tidak akan lagi merasa bahwa hidup ini adalah sesuatu yang membosankan.
Ft. Leo x sangwon
Ft. Junseo x Xinlong
Ft. Sanghyon x Arno
Ft. Karina x Winter