Pernah ada masa di mana Arunika mencintai seseorang lebih dari ia mencintai dirinya sendiri. Ia rela hancur asal orang itu tetap utuh. Ia rela menangis sepanjang malam asal seseorang yang ia cintai bisa tetap tertawa. Bahkan ketika hatinya sudah remuk, langkahnya tetap dipaksakan maju-semata demi mempertahankan sesuatu yang perlahan mengikis dirinya. Ini bukan sekadar kisah cinta yang patah, melainkan tentang seseorang yang pernah kehilangan dirinya sendiri demi mencintai orang lain terlalu dalam.
Arunika Sandyakala Indurasmi-bukan hanya nama yang puitis, tetapi juga jiwa yang menyimpan begitu banyak luka. Ditinggalkan saat masih menggenggam harapan, dikhianati di tengah ketulusan, dan dipaksa tumbuh di antara badai yang tak pernah ia minta. Namun, ia tak menyerah. Dalam sesaknya dada dan beratnya langkah, Arunika menemukan satu hal yang menyelamatkannya: menulis. Lewat kata-kata, ia mulai merawat luka-luka yang selama ini dipendam dalam diam.
Ia memulai perjalanan penyembuhan dengan membuka buku harian lama, membaca ulang potongan-potongan surat yang tak pernah ia kirimkan-sebuah arsip luka yang akhirnya berani ia sentuh kembali. Dalam proses itu, Arunika tidak hanya menghadapi kenangan yang menyakitkan, tetapi juga bertemu dengan versi dirinya yang telah lama ia abaikan. Ia bertemu dengan dirinya yang rapuh, yang marah, yang pernah ingin menyerah. Namun dari reruntuhan itu, perlahan ia juga menemukan kekuatan baru-versi dirinya yang penuh kelembutan, yang lebih berani, yang masih menyimpan secercah harapan.
"Arunika Sandyakala Indurasmi" adalah kisah tentang mencintai, kehilangan, patah, dan tumbuh kembali. Sebuah refleksi dari banyak hati yang pernah tersesat dalam cinta, namun akhirnya menemukan jalan pulang ke dalam diri sendiri.
FOLLOW DULU SEBELUM BACA 🥰
Di bawah langit malam yang sepi, seorang balita kecil menatap bulan dengan mata basah. Wajah putihnya tertutupi debu jalanan, mata jernihnya menatap cahaya rembulan.
.
"Aila nda minta di lahilkan..." bisiknya lirih.
.
"Aila ingin punya olang tua... tenapa hanya Aila yang nda punya olang tua..."
______
Hanya suara hati yang terdengar, tenggelam di antara dinginnya malam dan bintang yang bertaburan.
.
Ketika sebuah bintang jatuh melintasi langit, Aila menutup mata kecilnya rapat-rapat.
.
Mungkinkah harapannya terkabul-mendapatkan sebuah pelukan hangat dan sepasang orang tua yang bisa menyebut namanya?
.
Atau justru takdir kembali menguji balita kecil itu dengan kesepian yang lebih dalam?