Mariyah membesar di sebuah kampung sederhana, satu-satunya anak perempuan dalam empat beradik. Ayahnya pergi ketika usianya masih kecil, meninggalkan Mariyah bersama ibunya dan saudara-saudaranya yang membesar rapat bagai nyawa.
Sejak kecil, Mariyah sudah kenal erti kehilangan dan tanggungjawab. Dia jadi penenang hati ibu, pengikat kasih di antara darah tiri dan kandung, peneman setia di kala duka. Hidupnya lurus - sekolah, membantu ibu, menjaga maruah diri.
Jodohnya datang bukan kerana cinta, tetapi aturan keluarga. Bagi Mariyah, itulah jalannya untuk berbakti, untuk menggenggam bahagia dengan cara yang diajar ibunya - sabar.
Namun hidup bukan hanya tentang menerima takdir. Kadang-kadang yang diharap jadi penawar, berubah menjadi racun perlahan-lahan. Dalam diam, Mariyah simpan luka. Dalam sabar, dia temui kekuatan yang tidak pernah dia sangka.
Seribu Kali Sabar merungkai perjalanan seorang wanita - anak, isteri, dan ibu - yang berdiri di atas liku hidup tanpa pernah berputus asa. Sebab bagi Mariyah, kalau sabar itu ada hadnya, maka dia sendiri yang akan memanjangkan sabarnya sampai ke hujung nyawa.