Nathaniel Cross Harrington. Nama yang sering menjadi buah bibir, khususnya untuk para wanita. Ia adalah pria yang tak hanya hadir, tapi mengisi ruangan dengan aura yang mendominasi-dengan aura mahal yang membalut tubuh tingginya, cara berjalan yang tenang namun memikat, dan suara beratnya yang mampu membuat siapa pun berhenti sejenak hanya untuk mendengarnya berbicara.
Setiap detail tentangnya seperti dirancang untuk menggoda: tatapan mata teduh yang seolah bisa membaca isi hati. Wajah yang tanpa bereaksi menghasilkan daya tarik yang besar.
Nathaniel juga seorang yang ramah.
Dan ya, setiap wanita diladeni. Bukan karena ia tak bisa setia, tapi karena ia mencari yang coccok untuknya. Ada ruang kosong dalam dirinya yang sulit diisi siapa pun, tak peduli seberapa cantik, cerdas, atau menggoda wanita itu.
Karena dalam diamnya, dalam malam-malam panjangnya yang tampak gemerlap dari luar, Nathaniel hanya memikirkan satu sosok-seorang gadis yang tak pernah benar-benar ia temui di dunia nyata atau bahkan belum. Gadis itu hadir dalam mimpinya: dengan tawa lembut, tangan yang menyentuh pipinya dengan lembut, dan mata yang berbicara lebih dari kata-kata. Sosok itu tidak bicara, tapi ia tahu. Gadis itu dirancang hanya untuknya seorang. Gadisnya, dan miliknya.
Maka setiap malam, meski ditemani pelukan asing, jiwanya tetap sunyi. Tubuhnya bisa tersentuh, namun hatinya tetap tak tergapai. Karena satu-satunya yang ia inginkan hanya bisa disentuh di alam bawah sadarnya hingga dia bisa menemukan gadis dalam mimpinya itu.
Kania Sekar Melati gadis berusia 20 tahun itu harus putus kuliah, dan bekerja di sebuah rumah mewah milik duda kaya beranak satu yang bernama Bagas Adipati Wiratmodjo. Keputusan itu dilakukan tanpa sepengetahuan keluarganya.
Sampai ketika akhirnya ia mendapati situasi yang mendesaknya. Ia di hadapkan dengan tawaran yang membuatnya tak bisa berpikir banyak.
Akhirnya ia memutuskan hal yang tak pernah ia bayangkan ketika harus menerima tawaran untuk menjual dirinya pada Bagas Adipati Wiratmodjo.