Di tengah hingar-bingar politik Jakarta, di mana janji dan intrik berpadu dalam setiap napas, Nadira Adipradana adalah pewaris takhta kekuasaan. Muda, cerdas, dan dingin dalam setiap kalkulasi, ia adalah arsitek ambisius di balik Partai Reformasi Nasional, mengemban warisan nama besar Adipradana-sebuah beban sekaligus kehormatan yang tak bisa ditolak.
Namun, panggung politik Nadira terusik oleh kehadiran Leon Baskara. Mantan aktivis berjiwa membara dari partai oposisi, Leon menolak kompromi, menantang setiap kebusukan sistem yang ia saksikan. Bagi Leon, nurani adalah satu-satunya hukum, bahkan jika harus berhadapan dengan raksasa seperti keluarga Nadira.
Pertarungan mereka dimulai di ruang sidang, adu argumen yang memicu percikan api. Tapi rivalitas itu segera melampaui batas formal. Saat Leon menggali lebih dalam, mengendus jejak kebocoran dana kampanye yang busuk di jantung partai penguasa, dan Nadira dipaksa ayahnya untuk meloloskan Rancangan Undang-Undang Sensor Media yang mengancam kebebasan, mereka terperangkap dalam jaring intrik yang lebih dalam.
Pertemuan rahasia di bawah tanah parlemen mengubah segalanya. Debat mereka semakin personal, mempertanyakan loyalitas dan moralitas masing-masing. Di balik topeng politisi sempurna, Leon melihat kerentanan dalam diri Nadira, sementara Nadira menemukan bahwa idealisme Leon lebih dari sekadar omong kosong.
Ketika kebenaran mulai terkuak-tentang dosa-dosa di balik layar kekuasaan, tentang pengorbanan demi ambisi, dan tentang batas antara benar dan salah-Nadira dan Leon harus memilih; tetap pada jalur yang ditentukan, atau mempertaruhkan segalanya demi sebuah kebenaran yang bisa menghancurkan dunia mereka. Di antara puing-puing kekuasaan dan hati yang terluka, akankah cinta tumbuh di medan perang ini, ataukah mereka akan saling membinasakan di bawah bayang-bayang kekuasaan yang kejam?
Nala, 24 tahun. Gadis manis asli Jawa yang hidup sendirian di rumah sederhana dekat tempatnya bekerja. Gadis yang ramah dan mudah bersosialisasi dengan teman kerjanya. Semua berjalan baik seperti biasa, sampai Dia menyadari, ada sosok yang mulai memperhatikannya dalam diam. Sosok yang tidak pernah Nala bayangkan, akan sedalam ini menaruh atensi padanya.
Begitupun dengan lelaki dewasa usia 32 tahun ini. Namanya Sada, orangnya diam, diam yang benar-benar pendiam. Gak suka nyinyir, tenang, kalem, gentle men dan berwibawa. Membuat orang yang melihatnya segan. Siapa yang tahu, lelaki se datar ini bakal jatuh hati pada cewek cheerfull dan friendly seperti Nala? Sampai sahabatnya, Brian tidak percaya fakta ini.
Seperti apa kisah Gen Z x Gen Millenial ini? Terlalu banyak perbedaan diantara mereka. Apakah Sada, om-om loyal tapi pendiam ini dapat mendobrak hati seorang Nala, si gadis manis penuh ekspresi?
Starting with Park Sungjin as Sadana Pradipta and Nala Lesthia