"Nyatanya... gue di bawa sejauh ini untuk hancur. Gue ngerasa bahagia itu bener-bener singkat. Satu menit, dua menit. Setelah itu tetap balik ke gue yang runtuh."
Althea menatap sahabatnya itu lama. Bibirnya tersenyum tipis. Namun tetap menggores hati.
"Gue gak minta orang-orang ngerti tentang luka gue," tuturnya, lalu mengalihkan pandangan ke depan. "Gue cuma mau dianggap ada. Itu aja."
"Lo ada, The."
Kepalanya menggeleng pelan. "Tapi enggak di mata Ibu." Matanya mulai berkaca-kaca. "Gue gak pernah ngerasain pagi di bangunin, makan di masakin, pulang di jemput, pergi di anterin, kalo sedih di peluk dan pasti di tanyain 'kamu kenapa sedih?'. Ibu orang mah lucu-lucu," Katanya sambil tertawa getir. Lalu air matanya lolos dan kosong. "Tapi gue..."
Axel memeluk sahabatnya, erat. Tidak berkata apapun. Hanya memeluk, mendengar dan merasakan. Rasanya tubuh gadis kecil itu bergetar. Tak ada suara, tapi Axel tau, hatinya pecah.
---
cerita ini murni dari hasil begadangku berbulan-bulan ya teman-teman. dan aku selalu berharap cerita-cerita yang ada di pikiranku tersusun rapi di platform ini... jangan plagiat cerita orang sembarangan ya, itu gak menghargai ide orang lain.
Transmigrasi : a figure who wants to change the story.
34 parts Ongoing
34 parts
Ongoing
Keiya tidak pernah menyangka hidupnya bisa berubah hanya karena membaca sebuah novel lusuh berjudul The Untouchable. Ia kesal bukan main pada sosok figuran bernama Jevanya pacar Kevin yang menyia-nyiakan lelaki itu, hingga membuat Kevin berakhir tragis mengejar Hazel, sang tokoh utama.
Namun, setelah sebuah insiden aneh, Keiya terbangun di tubuh Jevanya. Bukan lagi sebagai pembaca, tapi bagian dari cerita.
Sekarang, ia harus hidup sebagai tokoh figuran yang hanya muncul beberapa kali. Apalagi, di depan matanya berdiri Kevin tokoh antagonis favoritnya, yang di novel hanya berakhir dengan luka.
Keiya tahu jalan cerita asli. Tapi... apakah ia bisa mengubah takdir Jevanya sekaligus menyelamatkan Kevin dari akhir yang menyakitkan? Atau justru kehadirannya akan membuat segalanya semakin rumit?
Satu hal yang pasti Keiya sadari, bahwa
Hidup di dunia novel jauh lebih sulit daripada sekadar membaca.