Di akhir tahun 1970-an, jalanan Yogyakarta, Solo, dan Jakarta berubah menjadi sarang ketakutan. Bukan karena perang, tapi karena kejahatan yang tumbuh di lorong-lorong kota-kelompok liar bernama GALI (Gabungan Anak-anak Liar). Mereka merampok, mencopet, memalak, dan mencederai, seakan hukum tak punya kuasa lagi.
Namun segalanya berubah saat tahun 1982 datang.
Satu demi satu tubuh mulai ditemukan di pinggir jalan, di tepi sungai, di sudut rel kereta-bekas narapidana, preman kecil, dan orang-orang yang dianggap mengganggu "ketertiban." Tak ada penyelidikan. Tak ada pengadilan. Hanya luka tembak dan bisik-bisik yang makin hari makin jelas:
ada yang sedang membersihkan kota... secara diam-diam
Lewat mata Darsa, seorang pemuda biasa yang tinggal di kampung kecil, kisah ini merangkai kembali bagaimana negara perlahan menjadikan ketakutan sebagai alat kontrol. Dalam sunyi dan ketidaktahuan, rakyat menjadi saksi... sekaligus korban dari sistem yang tak kasatmata.
Novel ini mengungkap sisi kelam sejarah Indonesia-tentang keadilan tanpa hukum, tentang kematian yang dibungkam, dan tentang manusia-manusia kecil yang mencoba bertahan di tengah badai yang tak terlihat.
Di masa ketika suara dibungkam, mencatat bisa jadi satu-satunya perlawanan.
Kehidupan Elena Greisy yang sempurna seketika hancur. Setelah sang suami Derrick Cutbert, membawa pulang seorang Selir cantik.
Penghianatan itu membuat mereka bertengkar dan mengakibatkan Elena kehilangan nyawanya.
Elena yang kecewa terhadap suaminya memohon pada Tuhan agar diberi kesempatan untuk menghilangkan penyesalan.
Hingga Ia terkejut ketika mendapati dirinya kembali saat umurnya 19 Tahun.