Gedung Kepolisian Wilayah Midtown tampak seperti sarang lebah raksasa: sibuk, padat, dan penuh dengungan percakapan yang tak pernah berhenti. Pagi itu, matahari belum benar-benar tinggi, tapi aktivitas sudah mendidih di dalam gedung lima lantai itu. Para penyidik senior berkeliaran dengan berkas di tangan, wajah penuh kantuk dan kopi di gelas plastik bening. Di antara keramaian itu, seorang perempuan muda dengan rambut panjang berwarna cokelat gelap masuk dengan langkah tegap dan tatapan tenang.
Namanya Shaely Kim, 24 tahun, konsultan forensik independen yang baru saja dipindahkan dari divisi kepolisian Seoul, Korea Selatan. Wajahnya masih terlihat segar, namun matanya menyimpan sorot kelelahan dari penerbangan 13 jam. Ia membawa tas selempang hitam berisi laptop, dua buku catatan, dan pena-pena warna-warni yang disusun rapi. Bukan tipe yang langsung menarik perhatian di kantor polisi penuh testosteron dan ego, namun justru karena itulah semua mata sempat meliriknya-dengan tatapan campur aduk antara penasaran, heran, dan sinis.
"Eh, itu anak magang?" bisik salah satu detektif, pria bertubuh kekar dengan wajah yang sudah seperti granit terjemur matahari.
"Bukan. Katanya konsultan baru dari Korea. Dikirim buat bantu ngatasi backlog kasus yang numpuk sejak tahun lalu," sahut yang lain sambil menyeruput kopi. "Tapi serius, cewek? 24 tahun? Konsultan?"
Shaely tetap tenang, membiarkan komentar-komentar itu berterbangan seperti nyamuk di telinga. Ia tahu ini akan terjadi. Sudah sering. Ia tak tertarik membuktikan apapun dengan kata-kata.
Hingga akhirnya ia dipanggil masuk ke ruangan seorang detektif senior: Robert Downey.
📌Peringatan:📌
"Semua cerita ini memuat kasus-kasus yang mungkin saja membuat kalian saat membaca tidak nyaman atau memicu trauma. dimohon kebijakannya dalam membaca"
Arunika Sandyakala, gadis 22 tahun yang tengah menikmati healingnya di Italia, tepatnya di kota Roma, harus bernasib sial karena tiba-tiba diculik oleh beberapa pria berbadan besar dan di sekap di ruang bawah tanah.
Dia mengumpati nasib sial yang menimpanya. Kenapa harus berakhir sial menjadi tawanan salah tangkap?
Bukannya takut hidupnya berakhir begitu saja di hadapan pria yang menjadi ketua Mafia terbesar di daratan Eropa itu, Arunika malah mengumpati pria pertengahan 30 tahun itu sejadi-jadinya.
Matteo, pemimpin Mafia terkenal di daratan Eropa itu cukup takjub dengan gadis yang mengaku korban salah tangkap oleh bawahannya.
Dia cukup takjub dengan keberanian Arunika yang meludahinya sembari mengumpat dengan suara melengking khas gadis itu, membuat telinganya pengang selama beberapa detik.
"Kau salah tangkap bajingan! Lagi pula untuk apa aku menjadi mata-mata Mafia mu? Not my style sekali, tuan!"
•••
This is my first story, don't plagiaze it!