
Naka pernah jatuh cinta pada Luna. Tapi seperti embun di pagi hari, perasaannya perlahan menguap bukan karena Luna berubah, tapi karena Naka tahu: ia tak pernah benar-benar dimiliki. Luna masih hidup dalam bayang masa lalunya, menggenggam seseorang yang bahkan tak lagi menoleh ke arahnya. Dan Naka... masih berdiri di tengah, terlalu takut melangkah, terlalu ragu untuk melepaskan. Lalu datang Aruna dengan suara tawa, tangan yang terulur, dan keberanian yang tak dimiliki Naka. Di hadapan Aruna, Naka tidak ingin diam lagi. Ia ingin mencintai, sepenuhnya, tanpa sisa. Tapi bisakah seseorang benar-benar mencintai... jika ia masih belajar memaafkan dirinya sendiri?All Rights Reserved
1 part