24 parts Ongoing Dulu, Nadine adalah matahari kecil di rumah itu.
Sejak kecil, tawa Nadine selalu jadi suara paling riuh di pagi hari. Ia yang membangunkan Reyhan dengan menyelipkan es batu ke punggung kakaknya, atau menggoda dengan mencoret-coret wajah Reyhan saat tertidur. Rumah yang sepi tanpa Ibu dan Ayah karena pekerjaan, tetap terasa hidup karena Nadine.
Tapi itu dulu.
Semenjak kematian Ibu, Nadine berubah. Tak ada lagi tawa yang menggema dari kamarnya. Tak ada langkah kecil berlari di koridor rumah. Tak ada pelukan hangat yang menyambut Reyhan saat pulang kuliah.
Yang ada hanya keheningan.
Yang tersisa hanya bayangan.
Nadine lebih sering mengurung diri di kamar, menutup tirai rapat-rapat, dan menolak berbicara. Sekalipun Reyhan berusaha membuka percakapan, jawaban Nadine singkat, kadang hanya anggukan. Kadang tak menjawab sama sekali.
Reyhan tahu, kehilangan Ibu menghancurkan dunia adiknya. Tapi tak pernah ia menyangka, luka itu begitu dalam hingga menenggelamkan Nadine perlahan-lahan.