Keya Avelline hanya ingin hidup tenang.
Ia pindah sekolah di kelas 11, berharap bisa memulai segalanya dari awal tanpa masa lalu, tanpa sorotan, tanpa luka. Tapi kenyataan tak pernah sebaik harapan.
Di sekolah barunya, ia langsung jadi sasaran empuk bukan karena kesalahan, tapi karena prestasinya di masa lalu.
Yaya, Kinara, dan Nanda tiga siswi paling berkuasa di sekolah yang berlindung di balik nama besar orang tua mereka menjadikan Keya sebagai korban.
Setiap hari, hinaan, kekerasan, dan ancaman menjadi makanan Keya.
Setiap luka disembunyikan, setiap air mata ditelan dalam diam.
Dan ketika ada satu-satunya guru yang ingin membela pun, ia malah disingkirkan.
Semuanya sunyi. Semuanya gelap.
Sampai tragedi itu terjadi.
Keya ditemukan tak bernyawa di lapangan belakang sekolah.
Tubuhnya hancur, tapi bukan hanya oleh kekerasan melainkan oleh ketidakadilan yang terlalu lama dibiarkan.
Sekarang, semua orang sibuk mencari siapa yang salah.
Tapi mereka lupa,
Keya adalah korban yang tak pernah dituliskan sejak awal.
WARNING❗❗
Arrinda cuman ingetin cerita ini tidak akan cocok bagi kalian yang memiliki darah tinggi. Dari judul aku udah cantumin dan garis besarnya pasti kalian udah tau. Selera kalian mungkin tidak sama dengan Arrinda. Sekali lagi WARNING!!
⚫⚫⚫
Zaluna Karina.
Dia tidak menyangka akan ada masanya dia kehilangan segalanya hanya karena obsesi gila satu orang.
Zaluna kehilangan keluarganya, pun Zaluna juga harus kehilangan nyawanya secara tragis.
Kalik Gara Rasyaka.
Dia adalah sumber kehancuran keluarganya. Pria yang memiliki obsesi gila pada sang adik-Zara Karuna. Menyingkirkan siapapun yang mencoba menghalanginya untuk bersama dengan Zara.
Lalu, keajaiban itu datang.
Zaluna kembali ke masa sebelum kehancuran itu dimulai. Kali ini Zaluna akan melindungi keluarganya dari bocah sedeng seperi Gara.
⚫⚫⚫
"Jadi, Bu guru mau saya tidak melanjuti perjodohan itu?"
Zaluna mengangguk sebagai jawaban, netranya terus memindai wajah Gara yang sekarang ini tersenyum jenaka. "Ya, kalian masih bau kencur."
"Bisa, tapi ada syaratnya,"
Alis Zaluna bertaut, bingung sekaligus was-was karena bocah itu gilanya sudah melebihi kapasitas penghuni RSJ.
"Cium saya, kalo saya suka ciuman Ibu, maka saya akan pikir-pikir lagi."
"Bocah edan!"