[SINOPSIS]✓
Dunia seorang lelaki yang ditempa dari baja dan darah.
Jeha lahir di tengah neraka rumah tangga .Ayah bagai monster mabuk, ibu yang sayapnya patah, dan satu-satunya cahaya yaitu adiknya, Getri.
Tragedi datang seperti badai di tengah malam: ibunya direnggut, ayahnya dibelenggu, dan Jeha dipaksa berdiri di garis depan hidup, melindungi cahaya kecil itu dari gelap yang terus menggerogoti.
Dari lorong-lorong kumuh hingga ring MMA ilegal, ia bertarung bukan demi kemuliaan, tapi demi bertahan. Hingga sebuah eksperimen mengukir ulang daging dan tulangnya, menjadikannya senjata yang bahkan dunia takutkan. Direkrut oleh bayang-bayang negara, ia melangkah di antara hukum dan kehancuran, menjalani misi yang mengikis jiwanya.
Di sana, di antara denting peluru dan napas terakhir musuh, ia menemukan sekumpulan jiwa sekeras baja dan satu mawar yang mampu memecah rantai baja: Naara, oasis di padang pasir besi.
Namun tak ada kemewahan untuk berhenti; ia adalah serigala yang terus berjalan, menembus lautan darah demi memastikan satu hal: Getri tetap hidup, meski dirinya harus terkubur dalam legenda yang tak pernah diceritakan.
___________________&____________________
vote+coment biar semangat nulisnya 😌
follow dulu sebelum baca okey✨
___________________&____________________
⚠️ Warning dulu ya gengs!
Kalau kamu takut darah, mending skip aja dulu 🔞 soalnya ceritaku lumayan dark dan berdarah-darah di beberapa bagian.
Aku juga nyambungin tema teknologi + AI, jadi feel-nya agak futuristik gitu.
Kalau kamu nemu typo atau penulisan yang masih berantakan, tolong komen ya 🙃
Oh iya, plot-nya juga belum rapi banget, jadi mungkin masih agak bingung bacanya.
Thanks udah mampir! ❤️
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
CW: Kekerasan fisik, darah, dan trauma
psikologis. Harap baca dengan bijak.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
happy reading🔮❤️🔥😉
Nyaris tak ada yang meragukan kredibilitas program prestisius Apela Empowers.
Itulah letak masalahnya.
Ketika sesuatu tampak terlalu meyakinkan, sepertinya manusia cenderung berhenti bertanya.
Janji beasiswa penuh, dana pembinaan, dan terjaminnya karier membuat setiap lulusan SMA merasa bahwa kesempatan untuk berada di program tersebut justru layak mereka perjuangkan.
Zam Ardana, Binar Gemintang, Raukaf Danendra, Sevilla Manora, Remigius Sahulata, serta April termasuk di antara mereka yang terpilih. Mulanya, mereka pun percaya bahwa ini langkah awal menuju kesuksesan. Namun lambat laun, tersingkap rentetan kenyataan kelam yang tak pernah mereka duga.
Pada dasarnya, tersisip satu pernyataan yang tak pernah mencapai telinga siapa pun. Bahwa sekali saja seseorang melangkahkan kaki sebagai peserta, maka itu berarti ia pun menyerahkan kendali dirinya kepada ambisi yang bahkan bukan miliknya.