Tahta

Bagaimana rasanya ketika sejak kecil kau dipersiapkan menjadi raja-dilatih dengan aturan, dipaksa matang sebelum waktunya, dan diberi beban nama keluarga di atas pundakmu-namun dalam satu hari saja, posisi itu runtuh, digeser, bahkan direbut paksa?

Apa yang bisa dilakukan seorang anak yang terjebak di persimpangan? Di satu sisi, ia ingin melindungi ibundanya, satu-satunya sosok yang selalu menggenggam tangannya di tengah gelap. Namun di sisi lain, ia tak sanggup terus tunduk pada perintah sang ibu, yang perlahan mengikatnya dengan belenggu yang tak terlihat.

Haruskah ia menuruti hatinya, mencari kebebasan, meski itu berarti melepaskan ibunda yang sepi? Atau ia harus menyerahkan dirinya menjadi boneka, sekadar bayangan yang bergerak sesuai arahan ibunya, demi menjaga hati seorang wanita yang pernah berjuang sendirian?

Pilihan itu bukan sekadar soal tahta. Itu adalah soal harga diri, kasih sayang, dan luka yang diwariskan dari generasi ke generasi. Dan di tengah meja makan yang sunyi, di ruang istana yang megah tapi dingin, anak itu belajar: menjadi raja bukan hanya soal mahkota, tapi juga keberanian memilih jalan meski harus melawan dengan darah.