Kenangan Bersama Kyai

Aku tidak pernah berniat jatuh cinta. Apalagi pada seseorang yang setiap orang menyapanya dengan takzim: Kyai. Namanya saja kusebut dalam hati pun, rasanya seolah aku sedang menapak jalan berduri di atas sajadah. Malu. Takut. Tapi juga... rindu yang aneh.
Namaku Zahra. Lengkapnya, Yasmine Makailah Az-Zahra. Aku bukan siapa-siapa. Hanya santri perempuan yang tertunduk di balik hijab hitam dan niqob, mencatat ilmu dari balik tirai pengajian, dan sesekali membantu menyapu halaman ndalem Kyai saat fajar menyingsing.
Tak ada prestasi gemilang yang bisa kubanggakan saat memperkenalkan diri. Tidak ada piala, tidak juga piagam. Tapi aku punya sesuatu yang lebih bernilai dari itu semua-keluarga yang hangat dan cukup. Tempatku pulang ketika dunia terasa terlalu gaduh. Tempat aku belajar arti cinta yang tak meminta balasan. Dan mungkin, hanya satu hal yang mampu menjadi cahaya penyemangatku hingga hari ini: aku telah khatam menghafal Al-Qur'an dengan predikat mumtaz.

Oh ya, cerita ini diambil dari kisah hidup seseorang dengan sedikit perubahan dalam nama tokoh, latar, dan alur cerita. Karena alasan peelindungan privasi.
Dan ini hanya murni sebagai penghibur, tidak ada niatan untuk mengajak atau mengkampanyekan poligami ya....