Story cover for (Tak) Setara by Azaleasyaa_
(Tak) Setara
  • WpView
    Reads 2,241
  • WpVote
    Votes 253
  • WpPart
    Parts 14
  • WpView
    Reads 2,241
  • WpVote
    Votes 253
  • WpPart
    Parts 14
Ongoing, First published Jul 28
1 new part
Zahira-psikolog muda, rasional dan penuh prinsip.
Mumtaz-pewaris pesantren, terikat nama besar sang ayah.

Mereka bukan orang asing. Sejak kecil saling tahu, meski tak pernah saling dekat. Namun sebuah pertemuan setelah bertahun-tahun memunculkan sesuatu yang tak mereka duga: ketertarikan yang lahir bukan dari pandangan pertama, tapi dari cara pandang dan pola pikir.
Sayangnya, perasaan saja tidak cukup.

Zahira menginginkan hubungan yang sejajar-bukan secara materi, tapi secara visi, pendidikan, dan cara berpikir. Mumtaz ingin mendekati, tapi ia sadar jarak antara mereka lebih dari sekadar waktu.

Ini adalah kisah tentang dua orang yang sama-sama kuat, tapi berasal dari dua dunia yang berbeda. Tentang bagaimana cinta bukan hanya tentang menyatukan, tapi juga tentang bertumbuh... dan menunggu waktu yang tepat.

"Saya tahu kamu orang baik, Mumtaz... Tapi dalam hidup saya, 'baik saja' tidak cukup. Saya ingin kita setara-berdiri di tempat yang sama, berjalan ke arah yang sama."

Satu pertemuan cukup untuk menumbuhkan rasa. Tapi satu prinsip cukup untuk menjaga jarak.
All Rights Reserved
Sign up to add (Tak) Setara to your library and receive updates
or
#69spritual
Content Guidelines
You may also like
ISTRI MAGANG [ONGOING] by came_sa
27 parts Ongoing
Di usia 30 tahun, Khalif merasa waktunya telah sampai. Hidupnya sudah cukup stabil-pekerjaan tetap, rumah kecil yang nyaman, dan tabungan untuk masa depan. Tapi ada satu hal yang belum ia miliki: teman hidup. Bukan karena ia belum ingin, tapi karena ia belum menemukan perempuan yang membuatnya merasa yakin. Bukan hanya cantik atau cerdas, tapi seseorang yang siap bertumbuh bersama dalam pernikahan. Seseorang yang tidak hanya ingin "menikah", tapi juga memahami bahwa rumah tangga adalah proses panjang yang akan penuh jatuh bangun. Lalu datanglah nama Alya. Gadis 23 tahun, adik dari rekan kerjanya. Khalif nyaris menolak ketika pertama kali ditawari. Terlalu muda, pikirnya. Terlalu polos. Tapi saat proses ta'aruf, Alya berkata jujur, "Saya belum siap jadi istri. Tapi saya ingin belajar." Dan di titik itulah Khalif tersentuh. Bukan oleh keberanian Alya, tapi oleh kejujurannya. Pernikahan mereka terjadi tanpa drama, tanpa janji cinta yang berlebihan. Hanya niat yang baik, restu orang tua, dan doa yang tak putus. Tapi Khalif segera menyadari: menikahi perempuan yang belum tahu cara mengupas bawang ternyata lebih menantang dari semua negosiasi proyek yang pernah ia hadapi. Alya bukan istri sempurna. Bahkan, ia menyebut dirinya sendiri "istri magang" karena semua hal ia pelajari dari nol-memasak, membersihkan rumah, mengatur waktu, mengelola emosi, bahkan cara bicara yang lembut. Namun, justru dari ketidaksiapan itu, Khalif belajar arti menjadi suami. Menjadi pemimpin yang sabar, pembimbing yang tidak menggurui, dan teman yang setia menemani proses, bukan menuntut hasil instan. Dan dalam setiap kekacauan kecil-dari telur gosong sampai baju hasil setrika yang bolong-Khalif menemukan bahwa cinta bukan sesuatu yang datang tiba-tiba, tapi sesuatu yang perlahan tumbuh dari ketulusan, ketidaksempurnaan, dan keberanian untuk mencoba lagi. ________________ GENRE: Romance-Islami, Comedy, Slice of Life
You may also like
Slide 1 of 10
ISTRI MAGANG [ONGOING] cover
Warisan Tak Terduga [END] cover
OM DUDA cover
datang untuk pulang cover
Permata Sadajiwa cover
Jakarta Love Story cover
Silent Mode Operation! (TERBIT) cover
Shafa (SEGERA TERBIT) cover
If it is You cover
"KITA INI APA?" cover

ISTRI MAGANG [ONGOING]

27 parts Ongoing

Di usia 30 tahun, Khalif merasa waktunya telah sampai. Hidupnya sudah cukup stabil-pekerjaan tetap, rumah kecil yang nyaman, dan tabungan untuk masa depan. Tapi ada satu hal yang belum ia miliki: teman hidup. Bukan karena ia belum ingin, tapi karena ia belum menemukan perempuan yang membuatnya merasa yakin. Bukan hanya cantik atau cerdas, tapi seseorang yang siap bertumbuh bersama dalam pernikahan. Seseorang yang tidak hanya ingin "menikah", tapi juga memahami bahwa rumah tangga adalah proses panjang yang akan penuh jatuh bangun. Lalu datanglah nama Alya. Gadis 23 tahun, adik dari rekan kerjanya. Khalif nyaris menolak ketika pertama kali ditawari. Terlalu muda, pikirnya. Terlalu polos. Tapi saat proses ta'aruf, Alya berkata jujur, "Saya belum siap jadi istri. Tapi saya ingin belajar." Dan di titik itulah Khalif tersentuh. Bukan oleh keberanian Alya, tapi oleh kejujurannya. Pernikahan mereka terjadi tanpa drama, tanpa janji cinta yang berlebihan. Hanya niat yang baik, restu orang tua, dan doa yang tak putus. Tapi Khalif segera menyadari: menikahi perempuan yang belum tahu cara mengupas bawang ternyata lebih menantang dari semua negosiasi proyek yang pernah ia hadapi. Alya bukan istri sempurna. Bahkan, ia menyebut dirinya sendiri "istri magang" karena semua hal ia pelajari dari nol-memasak, membersihkan rumah, mengatur waktu, mengelola emosi, bahkan cara bicara yang lembut. Namun, justru dari ketidaksiapan itu, Khalif belajar arti menjadi suami. Menjadi pemimpin yang sabar, pembimbing yang tidak menggurui, dan teman yang setia menemani proses, bukan menuntut hasil instan. Dan dalam setiap kekacauan kecil-dari telur gosong sampai baju hasil setrika yang bolong-Khalif menemukan bahwa cinta bukan sesuatu yang datang tiba-tiba, tapi sesuatu yang perlahan tumbuh dari ketulusan, ketidaksempurnaan, dan keberanian untuk mencoba lagi. ________________ GENRE: Romance-Islami, Comedy, Slice of Life