UPDATE: Selasa dan Jumat. Jangan lupa vote dan comment nya juseyyoo🫶
[Mengandung muatan yang tidak cocok untuk dibaca anak di bawah umur. Baca part Moodboard dan Catatan terlebih dahulu!]
Baskara Kamandaka Wibisono, calon presiden termuda sepanjang sejarah modern republik, terancam kehilangan suara.
Perdebatan sengit dengan ketua tim kemenangannya hanya meninggalkannya dengan dua pilihan: menerima kehadiran Kiara, orang yang akan menjadi otak di balik pidato-pidatonya, atau kehilangan kariernya.
Di sisi lain, Kiara harus mengambil satu keputusan besar: melanggar sumpahnya dengan menerima tawaran menjadi dalang di balik suara yang membuat Baskara terdengar lebih manusia, atau mempertahankan idealismenya dan kehilangan dunianya.
Masalahnya, bagi Kiara Pramidita, keberadaan Baskara Kamandaka Wibisono di kancah politik nasional sendiri adalah sebuah kutukan.
Pria itu adalah simbol dari betapa kotor dan menyedihkannya politik negerinya, sekaligus arsitek di balik hancur dunianya lima tahun yang lalu. Kehancuran yang membuatnya bersumpah tidak akan menginjakkan kaki di dunia politik lagi.
Ketika keduanya harus bekerja sama, mampukah mereka saling percaya untuk memenangkan negara, tanpa melangkahi garis tipis yang memisahkan rasa?
***
DISCLAIMER: Cerita ini hanya fiktif belaka. Kesamaan nama, tempat, kejadian, atau karakter hanya sebuah kebetulan.
Warning : Jangan dibajak. JANGAN DIBAJAK. Tolong jadilah pembaca yang bijak.
***
"Do you remember the warning I gave you the last time we met?"
"That you'd kill me if I ever dared to show up in front of you again."
***
Pradinia Winesa meninggalkan bayinya enam tahun lalu, pindah ke Australia, memulai karir di sana, dan menikmati kehidupan selayaknya lajang tanpa tanggung jawab. Dia sama sekali bukan ibu yang baik.
Lalu, kejadian konyol membuatnya menemui bayi yang kini tumbuh menjadi bocah enam tahun yang manis dan menggemaskan. Mendengar bocah itu memanggilnya 'mama', sebuah ambisi baru muncul dalam dirinya; dia ingin terus bersama anak ini, artinya dia harus merebutnya dari sang mantan suami yang telah mengurus anak mereka dari bayi.
Terdengar brengsek sekali, bukan? Dan merebut apa yang menjadi milik Riviero Satya Dirjawan sama saja cari mati.
***
Cover by Melonijo