Between Frames [HARQEEL]

Di antara bingkai-bingkai kosong, di antara kanvas yang tak selesai dan foto yang tak sengaja kabur. Barangkali mereka tidak sedang jatuh cinta-belum, atau tidak tahu caranya. Mereka hanya dua orang yang berjalan berdampingan, dengan pelan, dengan hati-hati. Karena mereka terlalu hafal rasanya hancur.

Noah tumbuh dengan mimpi buruk yang basah oleh bayang-bayang air dan nama papanya yang tak sempat ia ingat. Sementara Thea, ia tumbuh dengan gelap yang bukan sekadar padam, tapi menelan. Anehnya, ketika mereka bersama, semua warna kembali punya suara.

Thea. Ia bukan terang yang meledak. Ia senyap yang membuatmu diam dan ingin mendengar. Dan Noah? Noah hanya seseorang yang tidak tahu cara meminta untuk tinggal tanpa terdengar seperti permintaan yang terlalu banyak.
Cerita ini bukan tentang mereka yang jatuh cinta lalu selesai. Ini tentang dua orang yang pernah hilang, lalu memilih untuk menemukan ulang dirinya di mata satu sama lain. Tentang sebuah rubah kecil yang menyimpan kenangan. Tentang ruang sempit yang mengajarkan takut. Tentang suara-suara yang tetap tinggal bahkan saat kita lupa wajahnya.

Dan kalau pun dunia tak memberi mereka panggung, tak memberi label, mereka tetap akan berjalan. Di belakang satu sama lain. Dalam diam yang mengerti. Dalam antara-antara bingkai, antara trauma dan pulih, antara takut dan berani.
Sebab tak semua yang indah butuh nama.
Dan tak semua yang saling mencintai harus segera tahu sedang mencinta.