"Musim yang Tak Jadi" adalah metafora-sebuah kiasan untuk harapan yang tumbuh, namun tak sempat mekar; untuk cinta yang terasa akan datang, tapi tak pernah benar-benar hadir. Musim semi menjanjikan bunga, hangat, dan kehidupan baru. Tapi jika musim itu tak jadi datang, yang tersisa hanyalah langit abu-abu, tunas yang tak sempat berkembang, dan kerinduan pada sesuatu yang seharusnya ada-tapi gagal tiba.
Cinta pertama tak pernah benar-benar hilang-hanya bersembunyi di antara detak waktu.
Bagi Elara Senja, nama itu adalah Ezra Nadir Atmaja.
Bertahun-tahun mencoba melupakan, ia justru menemukan dirinya terjebak dalam bayang-bayang yang sama.
Hingga Hugo Elias datang.
Pria yang memanggilnya *Senja* dengan nada yang membuatnya sulit berpaling.
Tanpa diminta, Elias selalu ada, menjaga, dan melindunginya-meski ia tahu, di hati Elara, selalu ada nama lain yang tak tergantikan.
Di antara kesetiaan yang nyata dan kenangan yang membius, Elara harus memilih:
menatap masa depan yang pasti, atau kembali pada masa lalu yang tak pernah selesai.