Story cover for Echoes of What We Were by A-GOLDIES-2005
Echoes of What We Were
  • WpView
    Reads 47
  • WpVote
    Votes 10
  • WpPart
    Parts 1
  • WpView
    Reads 47
  • WpVote
    Votes 10
  • WpPart
    Parts 1
Ongoing, First published Aug 02
Sabit Abhista sudah jatuh suka pada Kanindya Asmita habis-habisan. 

Kanindya Asmita suka menghajar Sabit dengan peluru-peluru manis yang akibatnya membuat Sabit babak belur diserang senyum. Dua tahun saling merangkul, binar asmaraloka yang semula menyala hebat, pelan-pelan redup diserang antagonis bernama 'Tuan Bosan' dan 'Nona Lelah'.

Pintu menyerah sudah di depan jelaga, dan mereka berdua mungkin tengah melangkah ke arah sana. Lalu ketika Kanindya merasa tungkainya lebih dulu sampai di depan gerbang perpisahan, Sabit malah bilang,

"Mana yang katanya rasa sukanya nggak akan pernah kadaluarsa? Kalau kamu tanya aku pernah bosan atau capek, aku jawab pernah. Tapi aku nggak pernah sekalipun kepikiran buat selesai sama kamu. Ayo buat spark-nya nyala lagi seterang yang dulu, Nin. Aku usahain kita nggak akan pernah redup lagi."

Pada hari itu, Kanindya pikir jalannya bersama Sabit akan penuh awan mendung beserta hujan air mata, tetapi yang mendera malah manis luar biasa.
All Rights Reserved
Table of contents
Sign up to add Echoes of What We Were to your library and receive updates
or
#461aulokal
Content Guidelines
You may also like
You may also like
Slide 1 of 10
The Way I Killed You cover
She's (Not) My Type [END] cover
The Midnight Carnival | txt cover
Wind Blows in Country Club cover
Our House [END] cover
Asrama Bintang 2000 cover
Prince of Sergeyevich cover
Polos? Lah Pemain Nih Boss! cover
Love Will Find The Way (COMPLETED) cover
maybe tomorrow we'll spill more dough and sing louder  cover

The Way I Killed You

27 parts Ongoing

My Blood & Your Bones [1] Katalina menunggu kematian. Orang-orang percaya dia anak yang diberkati. Cocok dijadikan persembahan bagi para dewa yang tak kunjung membalas doa-doa rakyat. Untung bagi nyawa Katalina, bukan hanya manusia yang menganggapnya begitu. Pangeran Matahari dari Cressida menculiknya, menawarkan sesuatu yang menurutnya lebih bagus daripada mati: memanggil para dewa. Namun, Pangeran punya reputasi yang buruk sebagai pembantai keturunan para dewa. Bisa jadi Katalina adalah alat agar dia bisa sekaligus membantai dewa-dewa itu. Entah cerita itu benar atau tidak, Katalina hanya punya dua opsi agar tak menanggung dosa besar dan mati instan. Pertama, merebut hati para dewa sebelum mereka dibantai. Atau―opsi yang hanya dilakukan jika yang pertama gagal―membunuh sang pangeran. Tetapi sebelumnya, Katalina harus bertahan hidup. Sebab di dunia yang penuh sihir dan kekejaman, manusia sepertinya adalah mangsa yang mudah. (cover art by miikennaa)