
Sketsa. Aku terbiasa hidup di antaranya-di garis-garis yang tak selesai. Bukan karena tak bisa kusudahi, tapi karena aku takut melihat bentuk utuhnya. Kupikir, biarlah tetap setengah jadi. Tak akan ada yang peduli pada gambar yang bahkan tak ingin hidup. Lalu dia datang. Bukan untuk menyuruhku menyelesaikannya, tapi menawarkan tangannya, lembut dan pasti, seraya berkata, "Boleh bantu nyelesein?" Ini semua bukan hanya tentang gambar, tapi tentang hidupku juga. Tentang tangan yang datang untuk meraihku, mengisi kekuranganku. "Kalau takdir kita emang bersama, izinin aku mengganti rahimnya. Biarkan aku melakukan penebusan itu." Dan saat itu, aku ingin mengarsir bagian kosongku. Untuknya. Mungkin... sketsa ini memang bukan untuk kuselesaikan sendiri.All Rights Reserved
1 part