Namaku Seno Adji Sumantri.
Mungkin, bagi kalian, aku cuma "itu" anak yang jalannya agak aneh, posturnya nggak ideal, dan bicaranya kadang nggak jelas. Dari dulu, aku memang bukan bahan favorit untuk dipuji. Tapi entah kenapa, aku jadi langganan untuk diejek.
Waktu SMP, mereka bilang aku kekurangan gizi.
Padahal aku makan seperti anak-anak lainnya. Tapi ya sudahlah, siapa yang peduli dengan kebenaran saat mereka sudah menemukan bahan tertawaan?
Waktu SMA, guru Penjas bilang aku "terlalu jangkung tapi lemes."
Hari itu, aku balas, "Mending jangkung, daripada pendek dan ngomong seenaknya ke murid sendiri."
Tapi... balasan itu malah bikin aku dipanggil ke ruang BK.
Katanya aku kurang sopan. Kurang menghargai guru.
Mereka gak pernah nanya kenapa aku bisa ngomong kayak gitu.
Mereka cuma denger suara yang lebih keras, bukan suara yang lebih jujur.
Waktu kuliah, ada satu orang yang gak suka aku tanpa alasan jelas.
Lalu rumor-rumor pun muncul,
Katanya aku gak nyambung kalau diajak ngobrol, katanya aku aneh, katanya aku gak pantas duduk di antara mereka.
Tapi untungnya, masih ada satu-dua teman yang tetap di sisiku. Yang percaya bahwa aku bukan sekadar apa yang mereka bilang.
Tetangga pun gak kalah kejam.
Anak-anak kecil yang katanya belum mengerti dunia, tiap kali aku lewat, selalu ada kalimat yang menusuk.
Kadang soal jalanku, kadang soal mukaku, kadang soal caraku senyum.
Mereka belum tahu rasanya tumbuh jadi "bahan olok-olokan," tapi kata-kata mereka bisa bikin napasku berat.
Dan aku?
Aku diam. Aku tahan. Aku senyum sebisanya.
Karena aku tahu, di mata kalian aku cacat. Tapi di mata Tuhan... aku diciptakan utuh.
Dan aku percaya, suatu hari, bukan aku yang harus belajar menerima dunia.
Tapi dunia yang harus belajar melihatku dengan mata yang benar.
Mikhail namanya, karena masalah kesehatan dan alasan lainnya dia di bawa ke China oleh kakek dan nenek dari pihak ibu untuk berobat di sana meninggalkan negara kelahirannya. Sampai saat usianya 10 tahun, dia kembali ke Rusia dan bertemu keluarganya yang menurutnya menyeramkan.
Bagaimana Mikhail betah jika ekspresi mereka mirip lantai marmer di rumahnya yang ada di China? Datar, dingin dan tajam.