Di sebuah sekolah dasar bernama SDN Tunas Citra, lima anak kecil diam-diam memikul beban yang terlalu besar untuk tubuh sekecil itu. Mereka bukan anak-anak biasa, setidaknya bukan dalam arti yang dipahami dunia.
Ada Raka, anak orang kaya yang tak pernah benar-benar dicintai.
Ada Zain, bocah yang selalu dicap nakal, padahal rumahnya adalah tempat paling menakutkan di dunia.
Ada Mika, si pintar yang hidup dalam bayangan dan tekanan.
Ada Nisa, gadis pemalu yang gagap dan takut bicara.
Dan ada Lula, si bunga kecil yang sedang menunggu waktunya dipetik oleh langit.
Lima anak ini bertemu bukan karena takdir, tapi karena luka mereka saling memanggil. Di balik tembok sekolah, di sebuah tempat rahasia yang mereka sebut Taman Retak, mereka mulai belajar bahwa dunia tidak sehitam itu. Bahwa meski tak bisa memilih keluarga, mereka bisa memilih satu sama lain.
Ini bukan cerita tentang pahlawan. Ini kisah tentang anak-anak yang lelah. Tentang luka yang tak bisa sembuh, tapi bisa saling dipeluk, dan pada akhirnya, saat seseorang di antara mereka harus pergi, mereka belajar bahwa rumah bukan selalu bangunan, tapi hati tempat seseorang ingin pulang.
sajak tentang rindu yang kian membusuk, tentang kisah yang kandas dan tentang sisi indah yang memang hanya dia lah yang memilikinya.
Sajak hujan dan rindu.