Dari luar, keluarga Advers terlihat nyaris sempurna.
Rumah megah bergaya klasik berdiri kokoh di tengah kawasan elit, mobil-mobil mewah berjejer rapi di garasi, dan setiap anggota keluarga tampil dengan pakaian mahal, senyum elegan, dan tutur kata terlatih. Semua orang mengagumi keluarga ini. Keluarga idaman.
Tapi tidak ada yang tahu bahwa di dalamnya, seseorang sedang mati pelan-pelan.
Rainka Seravine anak pertama, lulusan terbaik universitas luar negeri, penerus masa depan keluarga adalah pusat dari citra kesempurnaan itu. Ia tidak pernah gagal, Tidak pernah menolak, Tidak pernah berbuat salah. Setidaknya, tidak di mata dunia dan tidak di mata orang tuanya.
Tapi di balik kamar tidur yang senyap dan lemari rapi penuh gaun berlabel internasional, Rainka menyimpan tumpukan keinginan yang dikubur hidup-hidup. Mimpi-mimpi yang tidak pernah sempat ia kejar. Luka-luka yang tidak pernah bisa ia ceritakan. Dan tangis yang hanya ia simpan ketika semua orang tertidur.
Ia bukan kakak. Ia bukan anak. Ia hanya simbol proyek ambisius yang dibentuk agar keluarga Advers terlihat sempurna di mata siapa pun.
Dan di dalam hatinya yang hening, hanya ada satu harapan kecil yang ia genggam erat.
"Kalau aku tidak bisa bebas... setidaknya, adik-adikku bisa."
[E N D]
tentang ibu ibu muda yang berjuang menafkahi anak anak nya. ia hidup dengan buah hati nya tanpa bantuan siapa pun. mereka berdua cerai dan anak anak nya di ambil oleh nya.
"maaf ya sayang duit mommy lagi menipis," Ujar asa dengan nada memelas.
"Gak papa mommy, rami bakal nge hemat kok,"
"Iya mommy, asalkan mommy gak kerja malem!"
"Iya sayang, mommy janji." Ujar asa kepada rora.
"Habis? Kebiasaan shopping mulu sih makanya cepat habis," Si bungsu dengan benar mengatakan seperti itu kepada mommy nya.
*asa auto meratapi nasib punya anak tukang jujur