
Dia tak pernah bicara banyak, tapi tatapannya menyimpan dunia yang kelam dan dingin. Aku menemuinya karena terpaksa. Menjual tubuhku demi menyelamatkan ibuku yang sekarat. Aku pikir itu hanya satu malam. Satu dosa. Satu kehilangan harga diri. Tapi takdir tak sesederhana itu. Kami tak pernah saling mengucap "aku cinta kamu", tapi kami saling jatuh dalam diam. Sampai satu kejutan kecil membangkitkan luka lamanya. Dan aku pergi... membawa dua detak jantung mungil dalam tubuhku. Lima tahun kemudian, aku kembali. Dan dia menatapku... seperti tak pernah berhenti mencintaiku dalam sunyi yang sama. "Jika diam bisa jatuh cinta... maka aku adalah sunyinya."All Rights Reserved