Theo berjalan pelan, menghela napas panjang sembari mengikuti langkah cepat Raka.
"Lu mau ke mana sih? Capek gue," gerutunya.
Raka hanya tertawa keras, seenaknya.
"Nggak biasanya lu bawel," balasnya sambil melirik iseng ke belakang.
Theo memutar bola matanya, malas. Mereka berhenti di pinggir lapangan basket. Seorang laki-laki berlari mendekat, napasnya memburu. Bukan ke arah Theo-ke arah Raka.
"Sorry, bro. Baru kelar latihan," ucapnya sambil menyeka peluh.
Raka menepuk pundak laki laki didepannya "santai, kenalin, ini Theo. Wakil gue. Theo, ini Gilang. Ketua tim basket."
Gilang dengan antusias langsung menjulurkan tangan.
"Gilang"
Theo menyambutnya, alisnya menaut, matanya menelusuri sebentar.
"Tangan lu halus juga. Pake lotion bayi ya?" tanyanya sok tahu.
Untuk sesaat, dunia seperti berhenti berputar. Gilang mematung-menilai laki-laki di depannya yang terlihat... nerd? Tapi manis? hah? kenapa lucu banget sih?
Kisah mereka tak dimulai dengan musik romantis.
Hanya sebuah ketidaksengajaan-yang entah kenapa, terasa seperti permulaan.
Hiatus.
Deon yang terbangun lagi ke beberapa tahun sebelum kematiannya, Ganma seorang Mafia yang membunuhnya.
Bertekad untuk kabur, namun takdir sepertinya mempermainkan dirinya.