Sinopsis
Sanandika, gadis 26 tahun yang hidupnya diisi tawa untuk menutupi retakan di kepalanya, memiliki satu tujuan jelas: menyelesaikan skrip drama yang akan menjadi debutnya di panggung teater nasional.
Masalahnya? Dia tidak pernah bisa menulis akhir cerita, karena setiap kali sampai di klimaks, rasa takut kehilangan kembali menelannya bulat-bulat.
Di tengah deadline yang mencekik, ia bertemu Lazuardi, pria yang selalu menatap langit senja seakan mencari sesuatu yang hilang. Dari pertemuan yang tidak sengaja-dan sedikit memalukan-mereka terseret ke lingkaran persahabatan absurd bersama Taru, tetangga nyentrik yang punya alergi sama bunga matahari tapi tetap menanamnya, dan Dhana, mantan stand-up comedian yang sekarang bekerja sebagai terapis mental health.
Mereka mengira ini hanya kisah biasa tentang tawa, naskah, dan secangkir kopi. Sampai potongan masa lalu yang mereka pikir sudah terkubur kembali naik ke permukaan-dan ternyata, semua orang di lingkaran itu saling terhubung oleh satu tragedi yang sama, yang selama ini mereka pandang dari sudut berbeda.
Aroma hujan, suara panggung yang kosong, dan langit jingga yang menggantung di antara sore dan malam akan menjadi saksi.
Sebuah kisah yang mungkin tak pernah selesai-tapi justru karena itu, layak diingat.
"Cepetan masuk bego! nanti ada yang liat." sentak Vinncent menarik tangan Ashleyya agar masuk kedalam mobil.
"Orang gila, kalo nganu tanggung jawab dong sama cewek lo!" bentak Ashleyya tapi tetap masuk kedalam mobil.
"Cepet susuin, susu lo kan gede." ujar Vincent dengan santai nya menunjuk payudaranya.
"Gue belum pernah hamil, bego."
"Ya biarin napa, tuh bayi cowo pasti demen, gue aja demen sama susu lo." ujar Vincent sembari meremas payudara Ashleyya.
PLAKKKK.
"VINCENT, ANJING!" teriak Leyya