Kejahatan Simulasi, Penjahat Ini Sepertinya Tidak Berakting
[Catatan Bacaan Utama: Artikel ini berlatar dunia futuristik, dan game holografiknya mensimulasikan kejahatan. Semuanya virtual, jadi mohon jangan dikaitkan dengan kenyataan.]
Sebagai individu yang sangat berbahaya, Ye Sangsang menerima undangan untuk berpartisipasi dalam uji beta tertutup game holografik "Crime Files".
Sebagai game dengan tingkat kebebasan yang tinggi, adaptabilitas yang tinggi, dan simulasi yang sangat realistis, semuanya berdasarkan kasus kriminal di dunia nyata, uji beta tertutup ini menarik perhatian yang sangat besar.
Sebagai syarat uji beta tertutup, ia diharuskan untuk menyiarkan langsung game tersebut.
Kerapuhan, keindahan, dan kesunyian identik dengan Ye Sangsang.
Untuk sebuah game dengan ekspektasi nasional yang begitu tinggi, banyak yang tercengang ketika melihat Ye Sangsang.
Lalu, muncullah ejekan.
"Orang seperti itu memainkan sudut pandang penjahat? Korbannya mungkin akan langsung membunuhnya."
"Dia bertindak sebagai penyidik? Menjadi beban bagi pecundang yang tampan?"
"Korban kabur? Jangan konyol."
Namun seiring kasusnya terungkap, Ye Sangsang perlahan-lahan membuat penonton tercengang.
"Kriminal!!! Wuuuuuuu! Tangkap dia! Aku takut sekali kalau dia membunuh!"
"Investigasi? Tolong, bisakah kalian mengikuti Sangsang?"
"Korban! Aaaah, medan perang yang mengerikan!"
Siaran langsung berubah dari penuh skeptisisme menjadi kekaguman.
Beberapa bahkan menduga dia sendiri adalah seorang kriminal yang sangat cerdas.
Kemudian, simulasi TKP holografik Ye Sangsang memecahkan satu demi satu kasus di dunia nyata.
Penonton:???!!!
Ye Sangsang menoleh ke kamera: Harap dicatat, saya hanya berakting sekali.
Kania Sekar Melati gadis berusia 20 tahun itu harus putus kuliah, dan bekerja di sebuah rumah mewah milik duda kaya beranak satu yang bernama Bagas Adipati Wiratmodjo. Keputusan itu dilakukan tanpa sepengetahuan keluarganya.
Sampai ketika akhirnya ia mendapati situasi yang mendesaknya. Ia di hadapkan dengan tawaran yang membuatnya tak bisa berpikir banyak.
Akhirnya ia memutuskan hal yang tak pernah ia bayangkan ketika harus menerima tawaran untuk menjual dirinya pada Bagas Adipati Wiratmodjo.