Shafira Hadid tidak tumbuh di lingkungan pesantren meski kakeknya adalah seorang kiai besar yang disegani. Sejak kecil ia memilih jalannya sendiri, menempuh pendidikan kedokteran dan mengabdikan diri di rumah sakit kota.
Suatu malam, seorang pasien kritis dibawa ke UGD saat Shafira berjaga. Pasien itu adalah istri Mohammad Syarif Zean-Gus karismatik, pewaris pesantren besar, dan teladan bagi ratusan santri. Segala upaya medis dilakukan, namun takdir berkata lain. Istri Gus Zean meninggal di tangan Shafira.
Bagi Zean, malam itu adalah akhir dari segalanya. Kehilangan istrinya bukan hanya merenggut cinta, tapi juga membuatnya menyimpan dendam pada dokter muda yang menurutnya datang terlambat untuk menyelamatkan nyawa sang istri. Sejak saat itu, nama Shafira menjadi luka yang ia simpan dengan amarah.
Dua tahun kemudian, takdir mempermainkan mereka. Lewat kehendak keluarga, Zean dipaksa menikahi cucu Kiai yang tak lain adalah Shafira sendiri. Bagi Zean, pernikahan ini hanyalah kewajiban-tanpa niat memberi tempat di hatinya untuk perempuan yang ia anggap sebagai penyebab kehancurannya.
Hidup di bawah satu atap bersama pria yang dingin, sinis, dan menyimpan kebencian membuat Shafira berada di persimpangan: menyerah pada takdir, atau membuktikan bahwa ia bukan musuh, melainkan seseorang yang juga menyimpan luka yang sama.
Di tengah suara azan subuh, langkah santri di halaman pesantren, dan percakapan yang awalnya hanya berisi jarak, perlahan terbentuk sebuah jembatan-bukan untuk menghapus masa lalu, tapi untuk belajar memaafkan... dan mencinta lagi.
Nala, 24 tahun. Gadis manis asli Jawa yang hidup sendirian di rumah sederhana dekat tempatnya bekerja. Gadis yang ramah dan mudah bersosialisasi dengan teman kerjanya. Semua berjalan baik seperti biasa, sampai Dia menyadari, ada sosok yang mulai memperhatikannya dalam diam. Sosok yang tidak pernah Nala bayangkan, akan sedalam ini menaruh atensi padanya.
Begitupun dengan lelaki dewasa usia 32 tahun ini. Namanya Sada, orangnya diam, diam yang benar-benar pendiam. Gak suka nyinyir, tenang, kalem, gentle men dan berwibawa. Membuat orang yang melihatnya segan. Siapa yang tahu, lelaki se datar ini bakal jatuh hati pada cewek cheerfull dan friendly seperti Nala? Sampai sahabatnya, Brian tidak percaya fakta ini.
Seperti apa kisah Gen Z x Gen Millenial ini? Terlalu banyak perbedaan diantara mereka. Apakah Sada, om-om loyal tapi pendiam ini dapat mendobrak hati seorang Nala, si gadis manis penuh ekspresi?
Starting with Park Sungjin as Sadana Pradipta and Nala Lesthia