Story cover for Error 404: Stereotype Not Found - ID by Lustarius
Error 404: Stereotype Not Found - ID
  • Reads 196
  • Votes 47
  • Parts 21
  • Reads 196
  • Votes 47
  • Parts 21
Ongoing, First published Aug 13
13 new parts
Teddy Adiputra hidup di balik dinding-dinding keheningan, dinding rutinitas, dan dinding layar laptop tempat ia bisa menjadi dirinya yang sebenarnya. Di balik layar itu, ia memiliki satu koneksi sejati: partner game-nya yang nekat dan penuh semangat.
Nico Alvonso hidup di tengah keramaian. Populer, berisik, dan selalu dikelilingi teman. Baginya, teman sebangkunya yang pendiam, Teddy, adalah sebuah teka-teki yang membosankan.
Sebuah kebetulan kecil meruntuhkan kedua dunia mereka, mengungkapkan bahwa partner terbaik dan orang yang paling canggung bagi mereka adalah orang yang sama. Di tengah gosip sekolah dan perasaan yang tidak memiliki nama, mereka harus belajar menavigasi hubungan yang tidak sesuai dengan stereotip mana pun.
Ini adalah kisah tentang menemukan seseorang yang benar-benar melihatmu, bahkan ketika kau berusaha keras untuk bersembunyi.
All Rights Reserved
Sign up to add Error 404: Stereotype Not Found - ID to your library and receive updates
or
#758baper
Content Guidelines
You may also like
You may also like
Slide 1 of 10
Kembali Nya Dewi Bunga  cover
TRIO WEK WEK  cover
Baby, Us & the Chaos cover
Generasi Zaman Old cover
Ke(putus)an cover
One Track cover
Mission At School  cover
iXON: Groupchat (SaMYanG edition) ➖ cover
ALTEZZA [New Version] cover
BASTARA DARA (SEASON I & II) cover

Kembali Nya Dewi Bunga

17 parts Ongoing

Di ujung dunia yang hampir dilupakan, ada sebuah taman yang tak pernah layu. Mawar merah muda bermekaran meski musim dingin tiba, anggrek liar menyala dalam kegelapan, dan setiap kelopak yang jatuh berubah menjadi butiran cahaya yang menghilang di udara. Itu adalah sisa-sisa kerajaan Dewi Bunga-makhluk suci yang pernah memberkati dunia dengan keindahan dan kehidupan. Namun, seribu tahun telah berlalu sejak ia menghilang. Alam mulai merintih dalam kesunyian, tanah kehilangan warnanya, dan bunga-bunga menolak untuk tumbuh tanpa restunya. Para penyair menuliskan kisahnya sebagai legenda, dan para petani hanya bisa berdoa pada angin, berharap berkahnya kembali.