30 parts Ongoing MatureTen mengusap perutnya yang membuncit, matanya menerawang kosong. Bukan kebahagiaan yang terpancar, melainkan gurat cemas dan penolakan. Sejak dokter mendiagnosis calon anak keduanya memiliki riwayat mental, dunia Ten seolah runtuh. Harapan akan keluarga sempurna yang ia impikan hancur berkeping. Bayangan akan tawa dan keceriaan seorang anak kini tergantikan oleh ketakutan akan beban dan stigma.
Setiap tendangan kecil di dalam rahimnya terasa seperti pengingat pahit akan kenyataan yang tak diinginkan. Ia mencoba mencintai, mencoba menerima, namun bayangan akan masa depan yang sulit selalu menghantuinya. Bisikan-bisikan keraguan tak henti membisiki, "Bagaimana jika ia tak bisa merawatnya? Bagaimana jika ia tak sanggup?" Pertanyaan-pertanyaan itu terus berputar, mengikis sedikit demi sedikit sisa kasih sayang yang seharusnya tumbuh.
Anak kedua yang sedang ia kandung ini, bagi Ten, adalah sebuah "ketidakinginan" yang menyakitkan. Sebuah takdir yang terasa begitu berat, dan di lubuk hatinya, ia berharap semua ini hanyalah mimpi buruk yang akan segera berakhir. Ia mencintai anak sulungnya, namun untuk yang kedua ini, hatinya terasa beku, diselimuti ketakutan dan penolakan yang dalam.