Aditya selalu percaya bahwa ketulusan mampu mengubah segalanya. Baginya, menjadikan Dewi sebagai prioritas adalah keputusan paling benar dalam hidupnya. Ia hadir di setiap langkah, melakukan hal-hal kecil yang menurutnya berarti, meski jarang dianggap penting.
Namun, di mata Dewi, semua perhatian itu tak lebih dari sebuah formalitas. Sikap dinginnya membuat Aditya mempertanyakan apakah ketulusan selalu memiliki nilai, atau justru hanya menjadi beban bagi yang menerimanya?
Lewat suara hatinya, Aditya menuturkan kisah tentang cinta yang samar, perasaan yang tak seimbang, dan pergulatan batin antara bertahan atau melepaskan.
Pada akhirnya, pembaca diajak memilih tafsir sendiri apakah Aditya benar-benar pergi selamanya, atau sekadar mengambil jarak untuk menemukan dirinya kembali?
Sebuah kisah reflektif tentang prioritas, formalitas, dan makna ketulusan yang sering terabaikan.
Cause we don't need permission to dance.
" Apapun yang terjadi hari ini,selama dunia masih berputar dan matahari masih bersinar,nggak peduli seberapa berat masalah yang menimpaku,aku nggak akan pernah berhenti menari.
Aku akan terus menari mengikuti irama hatiku dan terus meraih mimpiku menjadi dancer walaupun mereka terus berusaha menjatuhkanku ".
Hi semuanya,ini adalah cerita keduaku.
Sama seperti Writting,cerita ini akan kembali mengangkat perjuangan seorang pemuda yang ingin menjadi dancer ditengah ketidak mungkinan dan bully an yang ia dapatkan.
Apakah kesulitan dan cemooan itu akan menjatuhkan semangatnya dalam meraih mimpi?
Ikuti terus ya?
( Beberapa chapter murni dari pengalaman pribadi )