Semua orang mengenalnya sebagai gadis pendiam yang selalu menyimpan senyum tipis. Namun, di balik senyum itu, Nayara hanyalah bayangan-tak terlihat, tak dianggap, tak pernah ada.
Hari-harinya diisi dengan bisikan, hinaan, tawa yang menusuk telinga, dan perlakuan kejam yang seolah menjadikannya bukan manusia. Teman-temannya hanya berpura-pura peduli, lalu menikam di belakang. Setiap malam, satu-satunya tempat Nayara bercerita hanyalah buku diary yang dipenuhi luka yang tak pernah ia tunjukkan pada siapa pun.
Sampai akhirnya, ketika dunia seolah menolak keberadaannya, Nayara benar-benar menghilang. Dan barulah semua orang menyadari: gadis yang mereka anggap tak berarti itu ternyata meninggalkan jejak yang tak bisa terhapus.
Namun, apakah penyesalan bisa mengembalikan seseorang yang sudah memilih pergi? Atau justru semua akan terus dihantui oleh kalimat yang tak pernah mereka tarik kembali-bahwa Nayara tak pernah ada.
Setangkai bunga mawar putih, sederhana namun penuh makna.
Ia hadir bukan sekadar hiasan, melainkan bahasa hati yang tak terucapkan.
Di balik kelopaknya tersimpan doa, di balik durinya tersimpan keberanian,
dan di balik diamnya, tersimpan cinta yang hanya berani dipandang dari jauh.
Mawar putih itu akan selalu hadir-sebagai tanda, sebagai harapan, sebagai rahasia...
Sampai akhirnya, seseorang harus memilih: terus menyimpan rasa, atau mengungkapkannya meski risiko kehilangan begitu besar.
penasaran? cusss bacaaa