Penantian Panjang Sia-Sia
11 parts Ongoing Tidak ada yang lebih menyakitkan dari menunggu seseorang yang tahu sedang ditunggu, tapi tidak pernah berniat kembali.
Nadira paham, penantian bukan hanya tentang waktu-tapi tentang seberapa lama seseorang tega membiarkanmu menggenggam harapan kosong. Dua belas tahun bukan angka kecil. Itu lebih dari separuh hidup dewasanya, diisi janji yang sama, diulang dengan nada lembut namun kosong makna.
"Tunggu aku jadi Sertu, Nad. Setelah itu, aku akan menikahimu."
Janji itu pernah membuat Nadira bertahan. Ia menolak lamaran demi lamaran, menutup pintu setiap kali ada lelaki lain yang datang, dan memilih menunggu Bagus Wicaksana-kakak kelas yang dulu membuatnya percaya bahwa kesetiaan akan selalu menang pada akhirnya.
Namun siang itu, pesan dari seorang teman lama menghancurkan segalanya.
Foto studio, dua orang berbusana adat, dengan caption sederhana:
Lancar sampai hari-H ya, sayangku.
Dan perempuan itu bukan Nadira.
Sejak hari itu, Nadira tahu-penantian panjangnya sia-sia, membuat Nadira sakit hati, terpuruk, hancur, sampai akhirnya sebuah kalimat menyadarkannya. Membuat ide muncul di kepalanya.
"Jika diselingkuhi Bintara, balas dengan mendapatkan Perwira, nikahi atasannya. Kenapa kamu malah nangis frustasi depresi seperti ini? Dia nggak worth it. Kamu cantik, pekerja keras, siapa yang nggak mau sama kamu!"