Sejak kecil Sean , sudah merasakan bahwa dirinya berbeda di mata keluarganya. Ia adalah anak ketiga dari keluarga terpandang, keluarga Aldantara, yang di luar tampak sempurna dan penuh kehormatan, namun di balik pintu besar mansion megah itu, tersembunyi luka, rahasia, dan penderitaan yang tak pernah dilihat orang lain.
Sean tumbuh dalam keluarga yang lebih mementingkan nama besar dan gengsi dibandingkan kasih sayang. Ayahnya yang dingin dan keras, ibunya yang sibuk dengan karier, serta kedua kakaknya yang menjadi "kebanggaan keluarga", membuat Sean tak pernah sekalipun merasakan arti dicintai dengan tulus. Ia hanya dianggap bayangan, tanpa pernah diperhatikan apa yang ia rasakan.
Bagi keluarganya, Sean adalah penyebab penderitaan Lucas. Ia dicap anak yang membawa sial, anak yang tak tahu diri, anak yang sudah menghancurkan kebahagiaan keluarga. Dari sanalah awal mula penyiksaan batin dan fisik yang Sean terima. Tak ada lagi senyum untuknya, tak ada lagi pelukan. Yang ada hanyalah teriakan, bentakan, pukulan, dan kata-kata tajam yang menancap di tubuhnya.
Malam-malam Sean diisi dengan tangisan yang tak terdengar, tubuh mungilnya sering tergeletak di sudut kamar dengan memar yang tersembunyi. Ia berusaha mencari arti kehangatan dalam setiap bayangan, dalam setiap doa kecil yang ia bisikkan, berharap suatu hari ada yang menyelamatkannya. Namun, hari berganti hari, tahun berganti tahun, Sean hanya semakin terjebak dalam takdir yang semakin gelap.
Keluarganya-yang seharusnya menjadi tempat teraman-justru menjadi penjara yang mengekangnya. Ia diperlakukan seolah keberadaannya adalah kesalahan terbesar. Sean mulai tumbuh dengan luka batin yang dalam, terjebak antara rasa bersalah dan keinginan untuk dicintai.
Di balik semua luka dan penderitaan itu, tersimpan satu pertanyaan besar yang terus menghantui Sean: Apakah dirinya benar-benar ditakdirkan hanya untuk menderita, ataukah takdirnya yang terlupakan masih menyimpan arti lain yang belum pernah ia ketahui?
FOLLOW DULU CINTAH
Bagaimana jika seorang remaja transmigrasi ke tubuh seorang duda anak satu?
Yang mana anaknya seumuran dengannya.
Erlan ketua geng yang hobby tauran, suka membully, hingga ia dibunuh oleh salah satu korban bully nya, bukannya ke alam baka, ia malah transmigrasi ke seorang duda anak satu.
Gerlan, duda yang berusia 37 tahun, ia membenci anaknya, hingga anaknya juga
membenci dirinya.
Abian, bocah bebal keras kepala, seperti cerminan jiwa Erlan.
Gerlan waktu seumuran Abian sungguh nakal, hingga karna kenakalannya hadirlah Abian.
Sekarang, Gerlan harus menghadapi anaknya yang lebih parah dari dirinya waktu muda.
Tapi ini Erlan bukan Gerlan. Bocah nakal yang harus merawat bocah bebal.
"Gue... Benaran punya... Anak?"
.
.