
Entah sejak kapan perasaan ini mengakar. Tapi yang jelas, ia tumbuh bersama kenangan. Kenangan manis tentang kita, yang dulu pernah begitu dekat, meski tak pernah benar-benar menjadi satu. Aku dan kamu-kita-seperti dua garis sejajar yang berjalan berdampingan tanpa pernah bersilangan. Kadang aku bertanya dalam hati, mengapa kita tak bisa bersatu? Tapi semakin kupikirkan, semakin aku sadar, bukan jarak yang memisahkan kita. Bukan juga waktu. Tapi perasaan. Hatimu dan hatiku tak pernah bertemu di tengah. Aku berlari mendekatimu, sementara kau justru melangkah menjauh. Dan memendam rasa untuk waktu yang terlalu lama ternyata bukan hal yang indah seperti dalam novel-novel romansa. Ia melelahkan. Ia mengikis. Ia membuatku lelah berharap. Yang lebih menyakitkan lagi, ketika orang-orang baru datang, membawa senyum dan perhatian, aku tetap menolak membuka hati. Bukan karena mereka kurang baik. Justru sebaliknya. Mereka terlalu baik. Tapi apa daya, jika yang aku inginkan hanya kamu? Hati ini tak bisa dibohongi. Ia hanya tahu satu nama. Nama yang entah kenapa masih betah menetap di setiap denyut nadi dan detak waktu. Namamu masih tertulis rapi di halaman-halaman anganku. Di antara coretan-coretan tak bernama di buku catatan. Di balik setiap bait lagu yang kudengar saat malam tak kunjung memeluk tidurku. Bahkan, saat aku mencoba menulis hal lain, jari-jariku selalu kembali ke satu kalimat yang sama. Seolah pena ini pun telah jatuh cinta padamu.All Rights Reserved
1 part