Namaku Elise, seorang mahasiswa hukum yang sedang berada di kericuhan jalan raya. Demo besar-besaran terjadi, semua kalangan masyarakat ikut serta tanpa terkecuali. Termasuk diriku. Di tengah kegaduhan, dadaku terasa sesak, mataku berair, tubuhku tergeletak di jalan. Tanpa sadar gas air mata mengenaiku, aku terlalu jauh dari medis, tak sempat diobati. Detak jantungku berhenti, napasku yang kian menderu pelan-pelan menghembuskan sisa-sisa perjuangan. Aku tidak akan menyesalinya, biarlah dengan kematianku amarah masyarakat semakin menjadi-jadi. Jalan raya ini akan menjadi saksi bisu perjuanganku dan teman-temanku.
Hanya untuk sesaat rasa sakit ditubuhku kian menghilang, mungkin aku sudah disurga bersama Bapak dan Mamak. Aku terbangun, tubuhku baik-baik saja, tidak ada gas air mata, tidak ada kericuhan, tidak ada orang-orang. Aku seperti bangun dari mimpi, bedanya tidak ada kasur, kamar tidurku, ataupun jam beker rewel yang sering membangunkanku. Tapi, hutan yang menyeramkan, malam hari, dingin menusuk tulang. Tempat yang sangat asing bagiku, perlahan aku berjalan, mencoba mencerna apa yang terjadi. Suara berisik dari semak memecah pikiranku, muncul makhluk menyerupai manusia, tapi dengan mata merah dan darah di sekujur tubuhnya. Apa yang terjadi?
Zayra tak pernah menyangka akan hidup kembali-kali ini di dalam sebuah novel bertema zombi.
Setelah meninggal karena kanker, jiwanya justru terlempar ke dunia fiksi yang bahkan belum sempat ia tamatkan. Lebih mengejutkan lagi, ia menempati tubuh karakter penjahat bernama sama, seorang tokoh kecil yang hanya muncul dua bab sebelum tewas tragis.
Di dunia yang dipenuhi ketidakpastian, bahaya, dan misteri, Zayra harus ekstra hati-hati. Satu langkah salah saja bisa membuat akhir hidupnya datang jauh lebih cepat daripada yang ia bayangkan.
Bisakah ia bertahan hidup di dunia yang semakin kacau?
Ikuti perjalanan Zayra bertemu berbagai tokoh yang sama sekali tidak seperti yang ia kenal dalam novel aslinya.