" Aku mencintainya. Senyumannya, tutur katanya, tata Kramanya ,dan semuanya. Dirinyalah cahaya yang menerangi jalan hidup ku, dialah tinta yang menulis kenangan terindah yang terdapat setiap langkahku. Akan tetapi, semakin diriku dekat dengannya ,semakin nelangsa diriku dibuatnya. Hidup dalam keabu-abuan yang nyata, segala kegelisahan yang menghantui jiwa yang tenang pada awalnya. Dirinya adalah cahaya yang menerangi gelapku, tetapi disisi lain dirinya jugalah yang membakarku hingga habis tak tersisa. Melahapku menjadi abu dalam ke absurd an yang abadi. Dari lubuk hatiku yang paling dalam, aku tetap ingin memahami dirinya sepenuh, segala penderitaannya, segala keluh kesahnya, segala rasa sakit yang dirinya coba tahan untuk terus hidup, walaupun itu hanya akan membunuh dirinya sendiri. Akankah aku dapat menyelamatkannya atau justru diriku lah yang justru ikut tenggelam terseret menuju sisi tergelap manusia. Biarlah kehidupan ini yang menentukan akhir dari cerita kita."
"Sebuah cinta datang bukan hanya hasrat untuk saling memiliki. Tetapi justru berasal dari keinginan untuk saling melengkapi belahan jiwa yang berdosa, melebur menjadi satu. Menjadi satu jiwa murni yang berasal dari ketidak sempurna an"
|| Kebebasan memang sangat menggiurkan, namun siapa sangka kebebasan itu justru jadi malapetaka bagi gadis yang akan menginjak usia lima belas tahun. Sebuah bencana yang membuat hatinya terguncang, penolakan yang ia lakukan terasa sia-sia. Hadirnya bayi kecil yang tak bersalah dari dalam rahimnya semakin membuat dirinya merasa hancur!.
"Jangan pangil gue Mama!!! Gue bukan Mama Lo anjir!!!"
"Anak sialan!!!"
|| Tak diinginkan oleh ibu adalah kehancuran bagi para anak-anak, sejak kecil dirinya terus berusaha untuk mendekati seorang ibu yang ia miliki, makian bahkan pukulan pernah dirinya dapatkan dari kedua tangan yang seharusnya mengelus surainya dengan lembut. Namun begitu, dirinya tak bisa sedikitpun melihat ibunya tersakiti!
"a-ara s-sayang mama"
"ma, jangan gini nanti sakit"