Story cover for ASAP DI LANGIT KOTA by CHARLOVEI
ASAP DI LANGIT KOTA
  • WpView
    Reads 61
  • WpVote
    Votes 7
  • WpPart
    Parts 4
  • WpView
    Reads 61
  • WpVote
    Votes 7
  • WpPart
    Parts 4
Ongoing, First published Aug 30
"Hari ini Bandung bukan lagi lautan api. Hari ini Bandung adalah lautan suara. Suara kita tidak akan padam!"




..

"𝘈𝘱𝘢 𝘫𝘢𝘥𝘪𝘯𝘺𝘢 𝘬𝘢𝘭𝘢𝘶 𝘩𝘶𝘬𝘶𝘮 𝘣𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘭𝘢𝘨𝘪 𝘵𝘦𝘮𝘱𝘢𝘵 𝘮𝘦𝘯𝘤𝘢𝘳𝘪 𝘬𝘦𝘢𝘥𝘪𝘭𝘢𝘯, 𝘵𝘢𝘱𝘪 𝘴𝘦𝘬𝘢𝘥𝘢𝘳 𝘥𝘢𝘨𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘪𝘴𝘢 𝘥𝘪𝘣𝘦𝘭𝘪 𝘰𝘭𝘦𝘩 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘱𝘶𝘯𝘺𝘢 𝘬𝘶𝘢𝘴𝘢?"

Jeya tak pernah peduli. Hidupnya cukup sederhana-kuliah, nongkrong, main medsos. Politik? Hukum? Baginya semua hanya keributan tak penting. Sampai suatu malam, ayahnya-seorang pengemudi ojol-ditabrak anak pejabat dan hukum malah menyalahkan korban.

Hidup Jeya terbalik. Perlahan ia menyadari: negara yang ia anggap aman ternyata retak, hukum yang ia percayai ternyata cacat. Dari seorang mahasiswi apatis, Jeya dipaksa menatap kenyataan dan memilih: tetap diam atau ikut menyalakan api perlawanan.
All Rights Reserved
Sign up to add ASAP DI LANGIT KOTA to your library and receive updates
or
#530bandung
Content Guidelines
You may also like
RIMBA MERUN by danynovery
22 parts Ongoing
Di sebuah dusun terpencil yang tersembunyi di jantung hutan tropis, berdiri sebuah sekolah reyot-Sekolah Rimba Merun. Hanya ada tiga guru yang mengajar di sana, dipimpin oleh Bu Mar, seorang pendidik yang tak lagi muda dari kota yang memilih hidup jauh dari peradaban demi satu cita-cita: menyalakan api pengetahuan di tempat yang nyaris padam harapannya. Ia datang sejauh 50 KM setiap hari. Murid-muridnya hanyalah segelintir anak dari keluarga miskin, yang bahkan tak semua bisa membawa buku. Di dusun itu, kebanyakan orang dewasa buta huruf, hidup dari hasil hutan dan kebun seadanya. Sekolah dianggap sia-sia. Namun para guru tak menyerah-mereka bukan hanya mengajar, tetapi juga meyakinkan masyarakat bahwa pendidikan bisa mengubah nasib. Lalu datang ancaman. Sebuah perusahaan sawit raksasa mengklaim bahwa tanah sekolah dan hutan di sekitarnya, termasuk Rimba Merun, masuk dalam wilayah konsesi mereka. Surat-surat legal ditebar. Mereka berjanji akan menggelontarkan lautan pekerjaan dengan gaji besar. Namun, yang mereka bawa hanyalah ekskavator dan penggusuran. Bu Mar dan guru lainnya tidak tinggal diam. Bersama murid dan segelintir warga yang mulai sadar, mereka membangun perlawanan. Namun perjuangan tidak mudah. Di tengah tekanan ekonomi, masyarakat terpecah: sebagian memilih tunduk demi sesuap nasi, sebagian lain memilih bertahan meski terancam kehilangan segalanya. Ini adalah kisah tentang bagaimana sepetak sekolah bisa menjadi benteng terakhir sebuah peradaban. Di mana papan tulis menjadi medan tempur, dan kapur tulis bisa lebih tajam dari peluru.
You may also like
Slide 1 of 9
Kak, Ini Naskah Novelku (END) cover
RIMBA MERUN cover
Once in a Blue Moon [✔] cover
Transmigrasi Bumil ( Tamat )  cover
Polos? Lah Pemain Nih Boss! cover
Tiga Waktu 1998 cover
The Diary From Dead [COMPLETED✓] cover
Detik Detak✓ cover
Rainbow Mist ✔️ cover

Kak, Ini Naskah Novelku (END)

60 parts Complete

Sebuah Kisah Nyata Tentang Mimpi, Luka, dan Keinginan untuk Tidak Menyerah. Selama enam bulan, Syamsul mengurung diri di kamar. Bukan karena tak punya hidup, tapi karena terlalu banyak luka yang belum sempat ia tulis. Ia menulis lima belas buku dengan tangan sendiri, berharap salah satunya bisa terbit. Ia ikut lomba cerpen, puisi, novel-dengan harapan, mungkin sekali saja namanya bisa disebut sebagai pemenang. Tapi yang datang malah tagihan. Dan undangan untuk membeli buku sendiri. Ia mencoba segalanya. Mempromosikan karyanya di media sosial. Menjajakan naskah ke penerbit besar. Bahkan sempat berharap dari mimpi buruk bahwa mungkin... dirinya memang ditakdirkan untuk tidak berhasil. Namun di balik kekecewaan, Syamsul menulis ini-sebuah buku tentang ketabahan, keputusasaan, dan harapan yang remuk namun masih hangat. Buku ini bukan kisah sukses. Tapi justru karena itu, Kak ini Naskah Novelku terasa begitu nyata. Untuk siapa buku ini? Untuk kamu yang pernah ditolak, diremehkan, dan diabaikan. Untuk kamu yang masih menulis diam-diam sambil menangis di malam hari. Karena kadang, cerita paling kuat... datang dari mereka yang paling sunyi.