Jejak Senja Terakhir

Aneira masih terjebak dalam penyangkalan atas kepergian ayahnya, meski hampir tiga tahun telah berlalu. Luka itu belum sempat sembuh, ketika kehilangan berikutnya datang merobeknya lebih dalam, Raka, kekasihnya, pergi menyusul tanpa memberi ruang bagi Aneira untuk bernapas. Beban penyangkalan itu menumpuk, membuatnya berjalan di antara batas nyata dan ilusi, seakan dunia sengaja menjebaknya dalam lingkaran kehilangan yang tak berujung.

Kepergian selalu meninggalkan ruang kosong, namun seringkali semesta menghadirkan pertemuan baru untuk mengisinya. Bagi Aneira, ruang yang ditinggalkan Raka sempat terisi oleh Alden, seseorang yang ia harap mampu bertahan lebih lama, setidaknya hingga masa kelulusan SMA tiba. Namun semesta berkata lain.

Kali ini, kehilangan itu berbeda. Semesta tidak hanya merenggut nyawa Alden, tapi juga menelan raganya tanpa jejak. Tiada tubuh, tiada makam, hanya kehampaan yang membungkam. Aneira terjebak di persimpangan, tak tahu ke arah mana harus berlari untuk belajar merelakan, sementara yang hilang seakan tak pernah benar-benar ada.

"Alden Bhaskara Mahardika, aku menitipkan bait pesan lewat ombak, agar sampai padamu. Dari aku, Aneira Elisa Amora, yang sangat merindukanmu."

Upayanya hanya menitip pesan pada ombak dengan harapan suatu saat ia bisa memperbaiki benang kusut takdirnya, dan kembali menarik Alden ke dalam hidupnya.
...