Cinta selalu datang dengan pilihan: mencintai atau dicintai. Tapi ketika dendam ikut berbicara dan obsesi menuntut tempat, cinta kehilangan bentuknya.
Di antara luka masa lalu dan janji yang tak terpenuhi, mereka terjebak dalam permainan hati yang nyaris tak ada jalan keluar. Saat rasa berubah jadi senjata, siapa yang masih bisa bertahan?
___________________
Udara malam merayap dingin, pohon-pohon bergoyang seakan menari dalam kegelapan. Di antara rimbun bayangan, seorang gadis berlari terhuyung, langkahnya terseret oleh darah yang mengalir di kakinya. Napasnya memburu, dada sesak, sementara air mata bercampur dengan keringat dingin yang membasahi wajahnya, dipikirannya hanya satu : jangan sampai tertangkap.
"Siapa pun... tolong aku" Suaranya nyaris tak terdengar, tertelan hutan yang muram.
Ia terus berlari, menembus pekat malam, sesekali menoleh dengan rasa gentar, Gelap di belakangnya terasa bergerak, seakan bayangan itu semakin dekat. Langkahnya terhenti-gaunnya tersangkut dahan rendah. Tubuhnya terjerembab, wajah menghantam tanah lembap.
"Awhh..." keluhnya, parau, diiringi sakit yang menjalar. "Sial... jangan sekarang..." Tangannya gemetar saat menarik kain yang terjerat, tapi semakin ia paksa, semakin erat menahan.
Saat itu, hening yang menyesakkan tiba-tiba terpecah oleh suara dedaunan kering yang renyah terinjak langkah. Sekejap jantungnya menghentak lebih kencang, darahnya seakan berhenti mengalir. Ia buru-buru merobek gaunnya dengan paksa, berharap bisa kembali bangkit. Namun sebelum sempat melangkah-sebuah tangan tiba-tiba mencengkeram pergelangan tangannya, dingin, berbau besi dan terlalu kuat untuk dilepaskan.
Rank
#3 pov (25-09-25)
#2 aza (29-09-25)
17+ (harap bijak dalam memilih bacaan)
"Ya ampun... ini orang nggak ada kapoknya," gumam Aza pelan.
Aza mengambil sebuah bolpen dari atas mejanya, lalu mencoret balik di kertas itu,
"Deal. Tapi lo jangan ganggu gue beneran."
Kertas dilempar balik kearah Harry berharap sampai. Hazel mengambil kertas yang sudah remuk seperti sampah lalu membuka kertas itu lalu merapikannya kembali untuk mudah dibaca, senyum puas terlukis di wajah tampannya harri. Tapi satu menit kemudian, ia menulis kembali balasan untuk Aza lagi, seperti tak puas akan sesuatu.
"Tapi kalo gue kangen gimana?"
Lalu Harry melempar kembali pada Aza dengan sedikit kedipan mata khas Harry lagi dan ingat kan sudah beberapa kali. Aza menerima kertas itu lagi, dan mulai membaca gerak-gerik kelakuan nya Harry lalu kembali menulis balasan supaya ia jera dan berhenti mengganggu Aza, untuk sesaat,
"Derita Lo, kenapa Lo kangen dasar player"
Aza kembali melemparkan kertas itu ke Harry, dan ya Harry lansung kegirangan tapi saat Harry membuka balasan dari Aza Harry malah tersenyum jail bak merencanakan sesuatu hal lebih nakal dari ini,
"Awas Lo ya". Dalam kepala Harry yang punya seribu cara untuk mengganggu Aza, dengan senyum liciknya.
Harry dengan cepat menghampiri Aza dan menyerahkan kertas yang sudah berisikan balasan dari Harry,
Dan yang tertulis disana adalah
"Kalo gue menderita Lo yakin bisa ngibur gue, tapi boleh tuh ni pipi masih suci belum di kecup siapa-siapa".