Bagi Naya, seorang desainer interior, setiap ruang haruslah jujur. Namun, hidupnya sendiri telah menjadi sebuah panggung yang melelahkan, memaksanya berlari mencari jeda di lintasan lari. Di lintasan yang sama, Fadli, seorang dosen, berlari untuk berdamai dengan kesedihan yang ditinggalkan masa lalu.
Pertemuan mereka adalah sebuah napas pertama. Dalam obrolan ringan, gurauan manis, dan secangkir kopi di kafe tersembunyi, mereka tanpa sadar mulai menggambar sketsa hubungan di atas halaman kosong hati masing-masing.
Namun, masa lalu kembali dalam wujud sebuah proyek besar yang mustahil ditolak. Naya dipaksa merancang ruang paling penting bagi sosok paling berkuasa dari masa lalunya-seorang pria yang menuntut citra sempurna, di saat Naya hanya ingin meruntuhkan segalanya.
Di antara desain yang retak dan pintu hati yang mulai terbuka, Naya harus memilih. Akankah dia menjadi arsitek bagi panggung kebohongan itu, atau beranikah dia merancang sketsa kehidupannya sendiri, sekalipun tanpa rancangan yang pasti?
Lika-liku kisah cinta Raja Udayana dengan Dewi Basadawati yang merupakan perwujudan cinta abadi dewa dan dewi asmara.
Inspirasi kisah ini bersumber pada manuskrip Kakawin Udayana, koleksi Perpustakaan Nasional RI.