Persahabatan Dunia Karin [End]
20 parts Complete [Story 2] ©Ayu Wandira
Namaku Karin. Usiaku tiga belas tahun. Dari namaku saja, sudah jelas aku anak perempuan, bukan?
Iya, aku anak perempuan, tunggal. Aku hidup berdua saja dengan Mama, tidak ada Papa.
Mama bekerja di kantor kejaksaan. Aku tak begitu tahu jabatannya, mungkin karena aku tak pernah benar-benar bertanya. Yang kutahu, Mama jarang pulang tepat waktu.
Dulu, waktu aku masih kecil, aku sering menangis. Tangisku memecah sunyi rumah saat Mama tak kunjung pulang. Bibi yang bekerja di rumahku selalu berlari terpogoh pogoh saat mendengar tangisanku. Dia selalu berkata "Aduh, Karin. Jangan nangis, sayang. Nanti cantiknya hilang, lho." Begitulah caranya menghiburku, dan itu selalu berhasil membuatku berhenti menangis.
Lambat laun aku mulai terbiasa, aku tidak lagi menangis saat mama tidak ada di sisiku.
Aku jadi suka menyendiri. Aku tak suka keramaian, bising membuatku pusing. Orang-orang bilang aku introvert. Aku cuma tersenyum setiap kali mereka menyebut kata itu.
Introvert? Hanya karena aku menyukai ketenangan?
Mereka salah. Aku bukan seseorang yang takut bergaul atau menutup diri dari dunia. Aku bersosialisasi dengan baik, punya teman, tahu cara tertawa. Hanya saja, ada bagian dari diriku yang tak bisa dimengerti orang lain.
Karena aku ... sedikit berbeda. Aku bisa melihat apa yang tak bisa orang lain lihat. Aku bisa merasakan kehadiran yang tak terlihat. Aku bisa menyentuh mereka yang seharusnya tidak ada.
Roh. Arwah. Mereka yang sudah pergi, tapi belum benar-benar hilang.