Putri Kedua yang Menolak Takdir

Marcelline Aurora Adiwangsa, putri kedua dari pasangan terpandang: seorang Menteri Kesehatan dan Walikota Solo, tumbuh dalam keluarga penuh gengsi dan sorotan publik. Sejak kecil, Celline selalu dianggap "sempurna" - pintar, cantik, dan lahir dari keluarga berkuasa. Namun di balik itu, ia menyimpan luka yang dalam.
Di sekolah, teman-temannya hanya mendekat karena kekayaan dan nama besar orang tuanya. Ia lelah dipuji, muak dimanfaatkan, dan merasa asing bahkan di rumahnya sendiri. Hidupnya bagai boneka yang dipajang demi kebanggaan keluarga.
Saat tiba waktunya kuliah, keluarganya menginginkan Celline melanjutkan studi di luar negeri, mengikuti jejak kakaknya yang sukses sebagai pebisnis internasional. Namun untuk pertama kalinya, Celline berani menolak. Ia memilih kuliah di Kediri - jauh dari sorotan, jauh dari citra keluarga.
Perdebatan hebat pun pecah. Dengan bahasa Jawa halus khas keluarga Solo, Celline mengutarakan perasaannya: bahwa ia ingin hidup sebagai dirinya sendiri, bukan bayangan keluarga. Namun sang ayah yang keras murka. Kata-kata yang awalnya tenang berubah menjadi api pertengkaran. Sampai akhirnya, sebuah tamparan keras dan kata-kata pengusiran menghancurkan ikatan keluarga itu.
Diusir dari rumahnya sendiri, Celline berangkat dengan hati hancur - tapi juga dengan tekad baru: menemukan jati diri di luar bayang-bayang keluarga Adiwangsa.