
Ini semua salahmu," bisikku, suaraku nyaris tak terdengar. Tapi aku tahu, dia mendengarnya. Dia selalu tahu. Matanya yang dulu selalu memancarkan kehangatan, kini hanya memantulkan pantulan lampu jalan yang basah. "Kamu selalu bilang kita akan selamanya," lanjutku, suaraku pecah. "Tapi ternyata 'selamanya' itu hanya sebatas sebelum dia datang, kan?" Di tangan kananku, ada foto kita berdua saat musim semi. Wajah kita cerah, tanpa beban. Kita tertawa, seolah dunia hanya milik kita. Di tangan kiriku, ada ponselnya. Penuh dengan pesan-pesan dari orang baru itu, yang entah bagaimana, telah menggantikan semua musim yang pernah kita lewati bersama. "Aku tidak pernah bilang akan melupakanmu," ucapnya pelan, suaranya terdengar lelah. "Tapi kamu melakukannya," balasku. "Kamu melupakan semua yang pernah kita janjikan. Kamu melupakan kita." -All Rights Reserved
1 part