Paris, akhir abad ke-19 - lampu gas mengalun lembut, jalan batu berembun menyimpan rahasia kecil warganya. Di Passage Lumière, terdapat sebuah toko roti keluarga yang hangat, dan di sampingnya sebuah boutique de fleurs yang dikelola Anneliese Dubois ia adalah gadis tertutup, cerdik, dan tak mudah terbawa perasaan. Ia menghidupi kedua usaha itu dengan kerja keras- lebih memilih tepung dan pita ketimbang bisik-bisik cinta.
Di saat kabar duka datang untuk keluarga bangsawan, Anneliese mengirim rangkaian bunga untuk pemakaman nenek Count Adrien Beaumont. Sekilas tatap antara mereka menjadi benih, Adrien- putra Count dari Montsvaloir- mengenakan duka tapi tetap menunjukkan kelembutan yang jarang terlihat pada kaum bangsawan. Ia bukan pewaris kaya- gelarnya tinggal nama, harta mengering, dan kehormatannya diuji.
Anneliese tidak mudah luluh. Ia memilih fokus pada tokonya-bangun pagi, memanggang roti, merangkai buket-sambil diam-diam membantu Adrien dengan cara-cara samar yang tak mencolok mulai dari potongan harga, rekomendasi yang tampak kebetulan, atau menyelipkan namanya di antara pesanan lain. Adrien perlahan menjadi pelanggan tetap, bukan karena strategi, melainkan karena ia menemukan ketenangan yang tak bisa ia dapatkan di rumah keluarga.
Hubungan mereka tumbuh pelan, penuh kehati-hatian dengan tatapan yang tertahan, kata yang hampir terucap, dan tindakan kecil yang mengatakan lebih dari kata. Di antara remah roti dan kelopak bunga, Anneliese menyimpan sesuatu lebih dalam-intuisi, kepintaran, dan sisa-sisa ingatan yang tak sepenuhnya ia mengerti. Adrien, di sisi lain, berjuang memulihkan nama keluarga sekaligus memilih harus ikut ambisi sosial atau mengikuti hati yang menemukan rumah di lorong kecil Paris itu.
Blooming Crumbs adalah kisah lambat tentang martabat, kerja keras, dan cinta yang tumbuh bukan lewat keberanian menahan kata-kata, melakukan kebaikan kecil, dan memilih menjadi nyata bagi satu sama lain.
"Niskala, ayo menikah. Pernikahan kontrak, gue bayar berapa pun yang lo mau, asal masih wajar."
Niskala hampir tersedak kue.
"Bukan, bukan sama gue. Sama om gue."
***
Sandwich generation, diselingkuhi pacar, baru saja kehilangan pekerjaan, terancam kehilangan tempat tinggal dan tergiur sejumlah besar uang membuat Niskala menerima tawaran pernikahan kontrak selama setahun dengan Samudra. Omnya Segara yang umurnya tidak terpaut jauh dengannya.
Sejak awal Samudra menegaskan, ia hanya butuh status menikah, bukan istri. Jadi mereka hanya perlu tinggal serumah tanpa perlu mencampuri urusan satu sama lain. Awalnya Niskala kira gampang, tapi kok ya lama-lama bikin sering makan hati juga. Apalagi Segara mulai sering ikut campur dalam pernikahan om dan tantenya.
Yang tidak Niskala sadari, dia, Samudra dan Segara terikat oleh sebuah benang merah, bahkan sejak bertahun tahun sebelumnya.
Ketika benang merah itu, dan juga perasaannya, semakin kusut dan hampir mustahil untuk diurai, haruskah dia meminta cerai sebelum waktu kontrak mereka habis?