Jasmine Aurora Libra, anak bungsu dari empat bersaudara, baru berusia 18 tahun dan duduk di kelas 11 SMA. Hidupnya berada di antara batas sederhana: keluarganya tidak miskin, tapi juga jauh dari kata cukup. Sejak kecil, Jasmine terbiasa mengurus dirinya sendiri. Uang saku yang ia terima bukan untuk bersenang-senang, melainkan ditabung agar bisa membayar SPP sekolah.
Ayahnya selalu sibuk bekerja, pulang larut tanpa pernah peduli apakah anak-anaknya membutuhkan perhatian. Sosok ayah hanya sebatas nama, bukan peran. Jasmine merindukan kehadiran seorang ayah yang bisa melindungi, memberi arahan, atau sekadar menanyakan kabarnya. Namun, yang ia terima hanyalah sikap dingin dan acuh.
Bukan hanya ayah, ibunya pun sering memarahi bahkan melakukan kekerasan fisik maupun verbal. Jasmine kerap dipandang sebagai anak yang "tak beretika", hingga pernah disuruh berhenti sekolah karena dianggap percuma. Luka demi luka tergores dalam batinnya, tapi Jasmine tetap berusaha kuat-mencoba membuktikan bahwa ia layak bermimpi dan berhak mendapat kasih sayang.
Ini adalah kisah tentang kerinduan seorang anak pada sosok ayah yang seharusnya menjadi pelindung, namun justru terasa asing di dalam rumahnya sendiri.
Di tengah luka rumah tangga, Jasmine menyimpan perasaan pada seorang cowok teman sekolahnya. Ia tak pernah berani mengungkapkan, hanya cukup dengan menatap dari kejauhan dan menyimpannya dalam hati. Namun, dunia kembali terasa runtuh ketika cowok yang ia sukai justru berpacaran dengan sahabatnya sendiri. Rasa kecewa dan patah hati itu menambah perih dalam hidupnya, membuat Jasmine semakin merasa sendiri-tak punya tempat bersandar, bahkan tak punya peran ayah untuk sekadar mendengar curhatnya.
Kisah ini adalah potret nyata seorang anak perempuan yang haus kasih sayang, berusaha bertahan di antara kerasnya keluarga, pahitnya cinta, dan kerinduan pada peran seorang ayah yang tak pernah hadir.
NO COPY PASTE! INI MURNI PEMIKIRAN SENDIRI!!!
Inggit Basagita (28th) tak pernah menyangka jika pekerjaannya sebagai Private Chef membawanya bertemu dengan generasi ketiga dari Pangupajiwa Group--Mateo Hank Wignyo (31).
Sebenarnya tugas Inggit cukup mudah, hanya menyiapkan sarapan untuk Mateo. Namun yang jadi masalah, laki-laki berdarah Indonesia-Belanda itu suka sekali berseliweran dalam keadaan shirtless bahkan nyaris telanjang! Ditambah lagi cewek-cewek bertubuh seksi yang setiap pagi pakaiannya berserakan dilantai.
Meski kewarasan mentalnya menjadi korban, demi gaji yang besar Inggit harus bertahan.
--
Cover by @covercakue